IMAMAT RAJANI

1Pet.2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: (10) kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.

#1. KEMBALI KEPADA IDENTITAS KITA

“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih”

Kita harus kembali kepada dasar hubungan kita dengan Tuhan: oleh Kasih Karunia (bukan oleh kebaikan saya) diampuni dosanya, diselamatkan dari kematian. Ditegaskan dalam ayat ke-10 “kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.”

Kita harus hidup sebagai orang yang selalu “berhutang” kepada Tuhan (dan kita tidak akan pernah bisa membayar kembali “hutang” ini). Saya yang harusnya binasa, diselamatkan (ditebus) oleh darah Yesus. Jangan pernah kita merasa sebagai orang yang karena pelayanan dan persembahan kita, maka Tuhan “berhutang” kepada kita dan kita bisa ngatur Tuhan untuk nurut sama kita.

“bangsa yang kudus dan umat kepunyaan Allah sendiri”

Tuhan mau kita menjadi umat Tuhan yang eksklusif buat Tuhan sendiri, artinya tidak mendua hati. Makanya di PL Tuhan sangat cemburu kalau umat-Nya membawa ilah lain dalam hidup mereka. di PB Tuhan memberikan warning tentang mamon yang berpotensi menjadi “pesaing” Tuhan dalam hidup kita. Masa ini menjadi waktu yang baik untuk kita merefleksikan diri: “Siapa Tuhan dalam hidup anda.” Jawabannya akan terefleksikan dalam tujuan hidup dan prioritas kehidupan kita.

Kekudusan harus menjadi “tanda” orang percaya. Pola pikir dan gaya hidup yang berbeda dari dunia. Pertanyaannya adalah seberapa kita berani membayar harga untuk menjadi berbeda dari dunia.

Rom.12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Anugrah yang Tuhan berikan untuk mereka yang percaya kepada-Nya adalah untuk hidup dalam “hidup baru.” Kata hidup baru artinya berbeda dari hidup yang lama. Dari hidup baru ini akan keluar buah-buah Roh, sebagai manifestasi sebuah kehidupan yang mengalami transformasi inside-out. Karena itulah Kekristenan bukanlah hanya sebuah agama – aturan dan ritual – tetapi sebuah realita kehidupan yang diubahkan. Diwujudkan dengan sebuah cara hidup dan gaya hidup yang berbeda dengan orang dunia. Tuhan memanggil kita tidak hanya untuk kita mematuhi aturan-aturan dan memiliki sebuah ritual, tetapi untuk menjadi THE FOLLOWERS OF JESUS, memasuki suaru kehidupan baru dengan pola pikir yang baru, cara hidup yang baru, dan tujuan hidup yang baru; suatu cara hidup yang LEBIH BAIK daripada apa yang dunia tawarkan.

Saya kira masa ini menjadi a wake up call sekaligus panggilan pertobatan, untuk kita kembali mengalami “personal revival.” Pertobatan bukan karena ancaman penghakiman, tetapi sebuah panggilan kasih Tuhan buat umat-Nya: Tuhan mau kita menjadi umat Tuhan yang sejati.

#2. KEMBALI KEPADA PANGGILAN KITA

“imamat Rajani”

Di perjanjian lama ada suatu suku Israel yang didedikasikan untuk jabatan imam yaitu suku Lewi. Tugas imam adalah sebagai perantara untuk menyampaikan persembahan dari umat kepada Tuhan dan untuk menyampaikan pengampunan dari Tuhan kepada umat. Tetapi sebenarnya Tuhan memanggil Israel untuk menjalankan fungsi ini kepada bangsa-bangsa lain, yaitu memberitakan berita pengampunan dosa untuk bangsa-bangsa lain. Di PB, pesan ini diperkuat bahwa Gereja (dan setiap orang Kristen) dipanggil menjadi imam-imam, maka disebut sebagai imamat Rajani.

Aplikasi dalam gereja Perjanjian baru adalah bahwa tidak ada jabatan eksklusif “rohaniawan” yang membedakan dengan “awam.” Setiap orang Kristen dipanggil menjalankan fungsi keimaman, dimulai di keluarga masing-masing, kelompok kecil ataupun di dalam pelayanan di gereja. Di Gereja tidak boleh ada “customer” sebagai obyek pelayanan. Semua orang Kristen dipanggil untuk berfungsi dalam kapasitas masing-masing. Gereja harus menjadi Tubuh Kristus, kita masing-masing adalah anggota tubuh, dengan fungsi yang berbeda-beda.

“supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib…”

Tugas penting (dan pertama) gereja adalah memberitahukan karya Tuhan menebus kita dan memanggil kita keluar dari kegelapan menuju terang-Nya yang ajaib. Inilah yang kita sebut sebagai THE GOSPEL (Kabar Baik), yaitu pengampunan dosa dan hidup yang baru oleh kasih karunia-Nya.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s