How Does a Church Love the City?

Tim Keller

What does it mean to be a church in the city?

#1. Harus jadi a Gospel Pointed Church!

  • Gereja harus menjadi sebuah Gospel Pointed Community
  • Gospel adalah seperti ujung pisau bedah yang tajam.
  • Gospel = we are saved by Christ’s work, not ours; Good news about what has been done to save you, not an advice of what you have to do to save yourself. Kita diselamatkan secara cuma-cuma oleh karya sempurna (finished) dari Kristus yang sangat mahal.
    • Tanpa “cuma-cuma” kita akan kembali ke legalism
    • Tanpa “mahal” (lostly) kita akan terjebak pada relativism
  • Relativism : I will be saved no matter how I live.
  • Kalau ini tidak tepat (what it’s and what it’s not); maka kita akan menjadi gereja dengan pisau yang tumpul (tidak tajam seperti pisau bedah)
    • Ada gereja yang mengajarkan harus “sold out” lalu terjebak bahwa Tuhan menyelamatkan anda because of your intensity (bukan apa yang Yesus lakukan)
    • Ada gereja yang percaya bahwa kekuatan doktrin mereka yang membuat mereka berbeda diselamatkan -> tidak bertumpu pada the finished work of Jesus! (self-righteous)
  • Juga banyak orang salah mengerti tentang “kerajaan Allah.” Sebagai komunitas orang baik dengan tugas membawa orang – orang lain bergabung dengan mereka

#2. harus jadi a Heart Shaping Community

  • You are what you love the most
  • The problem: the things that we love the most are out of order. -> kita tidak mencintai Tuhan di urutan pertama
  • Perubahan terbesar adalah apa yang kita paling cintai dalam hidup (apa yang paling banyak kita pikirkan). Hati = apa yang paling kita treasure -> mempengaruhi / membentuk emosi; pikiran dan tindakan kita
    • Banyak gereja yang kotbah/ibadahnya terlalu menekankan pada emosi saja
    • Banyak gereja yang kotbah / ibadahnya terlalu menekankan pada intelektual / cognitive saja.
    • Banyak yang menekankan pada behavior saja.
  • Tapi mengubah hati adalah kombinasi ketiganya.

#3. harus jadi An Indigenous Community

Kita harus menjangkau komunitas yang dekat dengan gedung/lokasi kita.

Kita perlu paling tidak 25% jemaat kita punya sikap:

  1. We affirm that it’s hard to believe in Christ: Mereka sabar dengan orang – orang yang belum percaya
  2. They are not tribal: mereka keluar dari tendensi berteman hanya dengan orang – orang Kristen saja. Mereka dengan sengaja membangun (Mat. 5 : 47) persahabatan dengan Non-Christians.
  3. They don’t interrupt: Mereka sabar mendengar alasan orang – orang mengapa mereka tidak percaya kekristenan, sehingga gain trust from their Non-Christians friends
  4. Ketika mereka akhirnya menceritakan tentang Kristus, mereka melakukannya dengan cara gracious and loving

CS Lewis dalam “Modern man and his categories of thought.”:

  • Dulu Paulus berkotbah kepada orang – orang: Yahudi, Gentiles yang takut akan Tuhan, Pagans (Greek, Rome, etc); Semua orang orang ini percaya: ada supernatural world, ada moral absolute, bahwa the past had been better than the present, adanya Tuhan dan penghakiman; dan kita adalah manusia berdosa.
  • Kita berhadapan dengan masyarakat modern yang percaya:
    • Masa lalu adalah primitive (gak bisa belajar dari masa lalu)
    • Kita tidak bisa jadi dogmatic dalam semua bidang
    • Apa yang “benar” sekarang belum tentu benar di masa depan

#4. A City Loving Community

Ada 4 jenis orang yang tinggal di suatu kota:

  1. Commuters: mereka tinggal di suatu kota karena kebutuhan (mis: pekerjaan). Tidak ada perasaan apa-apa terhadap kota di mana mereka tinggal; buat mereka sebuah kota hanyalah “alat”
  2. Survivors: orang orang yang tidak menyukai kotanya; mereka Cuma perlu/terpaksa tinggal disana dan menunggu saatnya untuk pindah
  3. Consumers: orang orang yang mengatakan mereka mencitai kotanya: “I Love NY” tapi sebenarnya yang mereka cintai adalah kehidupan mereka sendiri (experience), menikmati semua fasilitas di kota. Seperti sedang menikmati sebuah taman hiburan.
  4. Natives: orang orang yang tumbuh dan berkembang biak di suatu kota; tapi seringkali mereka take the city for granted

Lovers of the city: 

kita harus convert dari salah satu dari empat kategori di atas supaya jadi lovers of the city, dengan karakteristik:

  • Serving the city: peduli dengan kehidupan social di kota, keadilan social,
  • Mencintai bukan cuma dipermukaan (sebagai consumers) tapi lebih dalam:
    1. The poor are here and you can see Jesus Christ di mereka: keindahan gereja adalah orang kaya dan orang miskin bisa disatukan dalam Kristus.
    2. Kesempatan yang besar untuk memberitakan Injil (karena begitu banyak orang di sekitar kita) – Evangelism.
    3. Kesejahteraan suatu kota (social life, cultre, welfare, marketplace, education, = seven mountain) mempengaruhi hidup kita (Yer 29:7); jadi orang orang Kristen harus terlibat untuk “membentuk” kesejahteraan suatu kota.

#5. A Contrast Community

  • Kita harus menunjukan “perbedaan”; karena itu gereja harus jadi “a thick community”
  • Bukan cuma “datang dan pergi” di hari Minggu
  • Tapi jadi sebuah komunitas yang cara hidupnya menjadi contrast dengan budaya disekitar
  • Budaya/pola pikir yang diajarkan di Amerika: “me first” = what I want, what I need, my freedom.
  • Kekristenan = penyangkalan diri, menyerahkan hak – hak pribadi kepada Kristus, supaya say abisa memberkati / menjadi berkat untuk orang lain

Gereja harus menjadi sebuah komunitas di mana ajaran Yesus menjadi cara hidup kita bersama: to produce people of integrity and generosity: hidup dengan cara yang sama sekali berbeda dengan orang dunia

The church must become your primary community.

#6. A Servant Community

  • Melayani orang orang di kota dan memberitakan Injil harus jalan berdampingan!
  • Harus cari tahu: apa kebutuhan kotanya!

#7. A Unifying Community

  • Kota harus bisa melihat gereja sebagai satu gereja Yesus Kristus!
  • Yoh. 17

#8. A Lay-Equipping Community

  • Bagaimana orang-orang yang belum percaya bisa jadi percaya? Yaitu dengan melihat kehidupan orang – orang Kristen
  • Kita harus memperlengkapi jemaat dengan :
    1. Bagaimana membagikan iman Kristen (Gospel) kepada orang – orang sekuler dan menjawab pertanyaan pertanyaan mereka
    2. Kita harus memperlengkapi mereka untuk pelayanan kepada orang – orang membutuhkan dan miskin
    3. Bagaimana menyatukan pekerjaan dan Iman!

#9. A Suffering Community

  1. Gereja harus menjadi tempat bagi orang – orang yang sedang mengalami penderitaan
  2. Orang – orang sekuler tidak tahu bagaimana menghadapi penderitaan – it just destroy their meaning of life!
  3. Gereja harus dikenal sebagai komunitas yang peduli dan dapat menolong orang – orang yang sedang menderita.

2 respons untuk ‘How Does a Church Love the City?

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s