Kalau saya ditanya pertanyaan ini, maka jawaban saya: “I was a loser.”
Dalam bahasa Indonesia sering digunakan kata “pecundang” sebagai terjemahan dari loser. Kata pecundang artinya orang yang kalah, orang yang menyerah dalam pertandingan.
Dalam kehidupan kata pecundang sering digunakan untuk menunjukkan seseorang dengan karakteristik sebagai berikut:
- SUKA MENINDAS ORANG YANG LEBIH LEMAH (istri, anak, bawahan dll.) Saya sering melihat seorang pria yang memperlakukan istrinya dengan semena-mena, atau seorang ayah yang membentak-bentak anaknya (sehingga anaknya memiliki rasa rendah diri, minder, merasa tidak ada yang bisa dilakukan dengan benar). Ada kemungkinan si pria memperlakukan istri atau anaknya demikian karena di tempat kerja dia mendapat tekanan dari atasan atau customer. Karena dia tidak berdaya kepada atasan atau customernya, maka sasaran “kemarahan” atas rasa tidak berdayanya disalurkan kepada istri dan anaknya sebagai orang-orang yang lebih lemah. Di kantor dia merasa inferior, tetapi terhadap istri dan anaknya dia merasa superior. Demikian pula orang yang suka menekan bawahannya di tempat kerja, seringkali karena mendapat tekanan di rumah tangga / keluarga (Oops…); kemudian melampiaskan ke-frustasian-nya kepada bawahan di kantor yang tidak berdaya ketika boss menekan mereka.
- TIDAK BISA MENSYUKURI APA YANG DIMILIKINYA. Seorang loser lebih sering melihat kekurangan dan apa yang tidak dimilikinya daripada mensyukuri apa yang sudah Tuhan karuniakan dalam hidupnya. Kalau kita bertemu orang ini, lebih sering kita akan mendengar keluh kesah dari apa yang tidak dimilikinya, daripada kita mendengar dia mengucap syukur atas apa yang sudah dimilikinya. Padahal Tuhan bisa bekerja kalau kita setia dengan apa yang Tuhan sudah berikan dalam hidup kita. Dalam perumpaan tentang talenta, bukan banyaknya talenta yang dimiliki seseorang yang menentukan kesuksesannya, tetapi kesetiaan-nya untuk mengelola dengan baik apa yang sudah dimilikinya, yang akan menentukan kesuksesannya. Lima roti dan dua ikan di tangan seorang anak sepertinya tidak berarti, tetapi melalui apa yang kelihatannya tidak berarti ini Tuhan bisa pakai menjadi berkat bagi banyak orang.
- IRI HATI KEPADA ORANG LAIN. Seorang loser selalu iri hati melihat keberhasilan atau apa yang dimiliki orang lain (pacar, istri, mobil, rumah, pekerjaan, jabatan dll); untuk kemudian merasa orang lain lebih beruntung atau diberkati dari dia. Ada sebuah quote yang mengatakan: “Comparison is the thief of joy.” Maka tidak heran seorang loser sulit untuk menikmati hidupnya.
- MENCARI IDENTITAS DIRI DARI SUMBER YANG SALAH. Seorang loser seringkali mencari identitas dari sumber yang salah yaitu: pengakuan orang, kekayaan, jabatan. Bahkan ada orang-orang yang melakukan hal-hal yang bodoh, membanggakan diri dengan kebodohannya, hanya untuk mendapat pengakuan dari orang lain. Anda bisa bayangkan kalau apa yang selama ini dipakai sebagai sumber identitas dirinya — kekayaan, mobil mewah, jam tangan mewah, jabatan dll. — tiba-tiba tidak lagi dimilikinya, maka seketika hancurlah seluruh kebanggaan dan identitasnya, bahkan dia akan merasa hidupnya tidak lagi punya arti.
- SUKA MENYALAHKAN SITUASI DAN ORANG LAIN (BAHKAN MENYALAHKAN TUHAN). Seorang loser selalu menyalahkan situasi atau orang lain atas hal-hal yang terjadi dalam hidupnya. Sebagai contoh seorang anak yang menyalahkan pola asuh orang tuanya sebagai penyebab kegagalan hidupnya. Seringkali ini hanyalah sebuah escape dari kenyataan bahwa dia harus berubah. Instead of belajar dari kesalahan dan memperbaiki diri, lebih mudah untuk menyalahkan orang lain, dan “berlindung” di balik kesalahan yang ditmpakan kepada orang lain.
Sebenarnya kita semua adalah losers. Karena dosa semua manusia lahir sebagai losers. Tidak heran kita punya kecenderungan menjadi losers. Tetapi syukurlah bahwa KASIH KARUNIA TUHAN lebih besar dari kelemahan-kelemahan kita. KASIH KARUNIA sanggup mengubahkan anda dari seorang loser menjadi seorang CHAMPION.
1Kor.1:26-31 “Saudara-saudara, Allah telah memilih kamu. Ingatlah hal itu. Dan tidak banyak di antara kamu orang yang bijak dalam ukuran manusia. Tidak banyak dari kamu yang berpengaruh. Tidak banyak dari kamu yang berasal dari keluarga penting. Tetapi Allah memilih yang bodoh untuk mempermalukan orang bijak. Allah memilih yang lemah di dunia ini untuk mempermalukan orang yang kuat. Dan Dia memilih yang dianggap tidak penting dan yang hina bagi dunia. Ia memilihnya untuk membinasakan yang dianggap penting oleh dunia. Allah melakukan itu supaya manusia tidak bisa bangga atas dirinya. Allahlah yang menjadikan kamu bagian dari Kristus Yesus. Kristus telah menjadi hikmat bagi kita oleh Allah. Kristuslah yang membuat kita benar di hadapan Allah dan menyucikan kita serta membebaskan kita dari dosa. Jadi, seperti yang tertulis dalam Kitab Suci, Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah dalam Tuhan.”
Identitas kita sejati bukanlah karena kehebatan dan kekuatan kita. Identitas kita sejati justru karena kita menyadari kelemahan kita dan membuat kita membutuhkan KASIH KARUNIA TUHAN. Anda tidak perlu mengingkari kekurangan dan kelemahanmu. Justru dengan menyadari kekurangan dan kelemahanlah kita menjadi tahu bahwa kita perlu KASIH KARUNIA Tuhan.
Sehingga setiap kita bisa berkata seperti Rasul Paulus: “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.” (1Kor.15:10). Paulus menyadari bahwa sebagai manusia kita punya banyak kekurangan dan kelemahan, tetapi KASIH KARUNIA sanggup menutupi kelemahan itu, sehingga kita mendapatkan IDENTITAS baru sebagai pemenang bukan karena “prestasi” kita melainkan karena HIDUP BARU yang Tuhan sudah berikan.
DI DALAM KRISTUS ANDA BUKAN LAGI SEORANG LOSER, JUSTRU KETIKA ANDA TIDAK BERUSAHA MENGINGKARI KEKURANGAN-MU, DAN DENGAN MENYADARI KELEMAHAN-MU, ANDA MENJADI TAHU BAHWA ANDA PERLU KASIH KARUNIA TUHAN, SESUNGGUHNYA ANDA SUDAH MENJADI PEMENANG. INILAH IDENTITASMU YANG SEJATI.
HIDUP DENGAN IDENTITAS SEBAGAI PEMENANG:
- Kekuatan / Kekuasaan adalah untuk melindungi yang lemah, bukan untuk menindas.
- Belajar mengucap-syukur atas apa yang Tuhan SUDAH karuniakan dalam hidupmu, anda akan melihat hidupmu lebih indah untuk dinikmati.
- Jangan suka iri hati kepada orang lain; hidup mereka belum tentu seindah apa yang anda lihat (… betul gak??)
- Jangan mencari identitas pada sumber yang salah; terutama menempatkan sumber identitas utama diatas penerimaan atau pengakuan orang lain. Kalau ini anda lakukan pasti anda akan sering kecewa dalam hidup (cheers… :).
- Jangan suka menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi dalam hidupmu. Ikuti nasihat “Responsibility begins with me.” anda akan mudah untuk belajar dari kesalahan dan memperbaiki diri.