TIGA “BAHAYA” BAGI GEREJA

 

21272455_1428311013871705_6754361739963447970_n

#1. CROWD without DISCIPLESHIP

Banyak gereja mengukur kesuksesan dengan JUMLAH JEMAAT (quantity); dan menganggap bahwa kesuksesan itu identik dengan berkat atau urapan Tuhan. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan jemaat dalam jumlah besar, masalah timbul jika kita berhenti kepada jumlah jemaat saja, dan tidak melakukan apa-apa untuk membuat mereka bertumbuh. Akhirnya kita hanya punya CROWD.

Mat.4:25 Maka orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang dari Galilea dan dari Dekapolis, dari Yerusalem dan dari Yudea dan dari seberang Yordan.

Orang-orang ini mengikuti Yesus, sebagian karena mau menerima mujijat, sebagian hanya ingin menonton; tapi mereka tidak pernah membuat keputusan melangkah menjadi MURID Yesus.

Tuhan memanggil kita bukan saja untuk mengumpulkan banyak orang, tetapi membawa mereka menjadi murid Yesus. Membuat setiap orang mengalami pertumbuhan dalam ketaatan, karakter dan panggilan merupakan hal paling penting setelah membawa mereka mengenal dan percaya kepada Yesus. Karena itu pemuridan harus menjadi prioritas di dalam setiap gereja, bahkan harus menjadi build-in feature di setiap gereja, artinya semua kegiatan ditujukan untuk membuat setip orang di gereja itu menjadi MURID YESUS.

#2. GROWTH without DEPTH

Momentum adalah teman yang baik bagi seorang pemimpin. Ketika kita “dapat” momentumnya, segala sesuatu menjadi lebih mudah, dan sepertinya apapun yang kita lakukan menjadi benar. Tapi kalau momentum yang mengendalikan kita, maka kita akan ada dalam masalah besar. Akibatnya segala sesuatu yang terjadi hanya ada di permukaan, tanpa punya kesempatan untuk memiliki kedalaman. Ini akan menjadi seperti pohon yang lebih cepat tumbuh ke atas daripada pertumbuhan akarnya. Anda bisa memperkirakan apa yang akan terjadi dengan pohon itu.

Salah satu hal yang bisa terjadi adalah ketika momentum pertumbuhan akan mendorong pertumbuhan lebih cepat daripada kemampuan kita menciptakan pemimpin-pemimpin. Akibatnya para pemimpin yang ada akan kelelahan karena pekerjaan yang dibebankan semakin besar; atau akan terjadi banyak masalah internal (gesekan, kesalahpahaman) di antara para pemimpin.

Hal lain yang bisa tejadi adalah penurunan kualitas secara perlahan. Mungkin dulu segala sesuatu dilakukan dengan ekselen; tetapi dengan berjalannya waktu, karena begitu banyak yang harus dilakukan untu mengakomodasi pertumbuhan, tanpa disadari banyak hal yang harus dilakukan dengan tegesa-gesa dan dengan asal-asalan.

Sebagai mpemimpin kita perlu memiliki kepekaan akan hal ini: seberapa cepat pertumbuhan kita ijinkan terjadi tanpa merusakkan hal-hal baik yag sudah kita bangun sebelumnya; dengan kata lain kita harus belajar mengendalikan momentum dan tidak dikendalikan oleh momentum.

#3. BUSYNESS without PURPOSE

Ini merupakan “penyakit” gereja yang bertumbuh; yaitu semakin banyaknya kegiatan dan program yang rasanya “harus” dilakukan. Tanpa disadari dengan semakin banyaknya program dan kegiatan, maka efektifitas setiap program menurun; artinya sebuah program/kegiatan berjalan tanpa menghasilkan buah. Karena itu setiap kegiatan dan program harus selalu dapat dipastikan memberikan kontribusi kepada PURPOSE gereja yaitu DISCIPLESHIP. Setiap kegiatan dan program harus dievaluasi, dan bila tidak memberikan kontribusi signifikan, maka sudah selayaknya kegiatan / program itu dihapuskan. Semakin kita dapat FOKUS kepada sedikit kegiatan dan program, maka kegiatan / program itu akan semakin efektif. Karena itu kita harus selalu menganalisa/evaluasi setiap kegiatan / program gereja dan memastikan bahwa kegiatan/program itu berkontribusi kepada pencapaian MISI/VISI Gereja.

 

 

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s