Di tengah pertumbuhan yang dialami oleh sebuah perusahaan / organisasi (termasuk gereja) pasti terjadi beberapa benturan bahkan chaos. Sebenarnya ini biasa saja selama dikelola dengan baik. Kapasitas harus dikembangkan, prosedur-prosedur harus diperbaharui, kadang-kadang menuntut pergeseran orang-orang. Singkatnya perlu dilakukan PERUBAHAN untuk mengakomodasi pertumbuhan yang terjadi. Untuk mengawali suatu perubahan maka perlu keberanian untuk menerima kenyataan-kenyataan yag seringkali tidak enak bagi kita.
Menghadapi brutal facts seperti orang yang naik timbangan dan melihat kenyataan bahwa dia overweight, sehingga perlu diet dan tidak boleh makan makanan yang menjadi kesukaannya. Mengapa menghadapi brutal facts penting? Karena tanpa kita berani menghadapi kenyataan, maka kita tidak akan berani untuk mulai suatu perubahan. Orang ini cenderung hidup dalam denial, penyangkalan akan kenyataan dan perlunya perubahan. Seperti seseorang yang overweight tetapi menghindari naik ke timbangan untuk mengetahui apakah berat badannya sudah turun atau malah naik lagi. Singkatnya perubahan apapun bisa terjadi hanya kalau kita berani menghadapi kenyataan, dan dari situlah kita mengetahui perlunya suatu perubahan.
Dalam tulisan ini saya akan menggunakan konsep yang dikemukakan oleh Jim Collins dalam bukunya “Good to Great”.
In order to create a great company, you must be a visionary leader and at the same time equally capable of creating a climate where the truth is heard and brutal facts are addressed in a timely manner. The culture of your company must be metrics-driven and people must be empowered to speak up when something is not right. To create an environment where the facts are heard and confronted, Jim Collins recommends four practices:
- Lead with questions, not answers:
Jangan selalu datang dengan membawa jawaban dan berharap setiap orang akan mengikuti visi anda begitu saja. Sebaliknya tanyakan pertanyaan2 yang tepat untuk menggali fakta-fakta dan kemudian membuat keputusan berdasarkan fakta-fakta itu.
- Engage in dialogue and debate, not coercion
Ciptakan suatu budaya di mana orang-orang dapat berdiskusi secara panas berdasarkan fakta-fakta dan berdialog secara intens. Dalam lingkungan seperti inilah suara setiap orang akan didengar dan orang-orang akan terlibat untuk mencari jawaban yang terbaik.
- Conduct autopsies, without blame
Ketika suatu ada keputusan yang buruk, cari tahu apa yang sebenarnya terjadi berdasarkan fakta-fakta dan belajarlah dari kesalahan-kesalahan, jangan hanya saling menyalahkan dan merendahkan orang yang membuat kesalahan.
- Build red-flag mechanism
Anda perlu menciptakan suatu budaya dan lingkungan di mana fakta-fakta tidak dapat diabaikan begitu saja. Ini dapat dilakukan dengan membuat ukuran-ukuran secara terbuka.
Saya berharap tips singkat ini dapat menolong kita semua untuk dapat mengelola pertumbuhan dengan baik; dengan berani menghadapi brutal facts yang menunjukkan kekurangan/kelemahan kita; dan dari situlah kita mengalami perubahan.
Salam perubahan,
We cannot become what we need to be by remaining what we are. [Max de Pree]