Tiga hal penting yang harus terus kita pelajari untuk kita berhasil dalam hidup:
- RELATIONSHIP
- STEWARDSHIP
- SERVANTHOOD
Prinsip STEWARDSHIP adalah Tuhan sebagai pemilik segala sesuatu mempercayakan kepada orang-orang yang dapat dipercaya untuk mengelola milik-Nya.
Kej.1:26 Berfirmanlah Allah: ”Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” (27) Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
Kej.1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ”Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”
(MSG) “ … Be responsible for fish in the sea and birds in the air, for every living thing that moves on the face of Earth.”
Kej.2:8 Selanjutnya Tuhan Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu. (9) Lalu Tuhan Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.
Kej.2:10 Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dan dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang. (11) Yang pertama, namanya Pison, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Hawila, tempat emas ada. (12) Dan emas dari negeri itu baik; di sana ada damar bedolah dan batu krisopras. (13) Nama sungai yang kedua ialah Gihon, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Kush. (14) Nama sungai yang ketiga ialah Tigris, yakni yang mengalir di sebelah timur Asyur. Dan sungai yang keempat ialah Efrat.
Tuhan menciptakan manusia lalu menempatkannya di taman Eden, taman yang bukan dibuat oleh tukang kebun, tetapi oleh Tuhan sendiri, sudah pasti taman itu indah dan menyenangkan. “Lalu Tuhan Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya…” Ada sungai, ada emas, ada batu permata. Arti kata “eden” adalah “menyenangkan”
Jadi taman ini milik Tuhan, tetapi dipercayakan kepada manusia untuk mengelola taman ini untuk Tuhan. Rencana Tuhan agar manusia menikmati taman itu, tetapi juga untuk manusia MENGUSAHAKAN dan MEMELIHARA taman Eden agar manusia dapat terus menikmati taman yang indah dan menyenangkan.
Kej.2:15 Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.
Kej.2:15 (ESV) The Lord God took the man and put him in the garden of Eden to work it and keep it.
- Memelihara = menjaga supaya tetap dalam kondisi yang baik; ingat ini taman yang dibuat oleh Tuhan.
- Mengusahakan = to work it = membuat menjadi lebih baik.
- Jadi Adam diberi tugas oleh Tuhan untuk “memelihara” yaitu menjaga taman yang Tuhan ciptakan itu supaya tetap indah sebagaimana Tuhan ciptakan.
- Karena itu saya percaya memelihara bumi kita adalah bagian dari tugas yang Tuhan berikan kepada kita.
- Tidak berhenti untuk memelihara saja, Tuhan juga memberikan perintah kepada Adam untuk ”mengusahakan” atau membuatnya lebih baik.
Cara terbaik untuk memelihara sesuatu adalah dengan membuatnya menjadi lebih baik.
- Cara terbaik untuk memelihara pernikahan, adalah dengan selalu membuatnya lebih baik.
- Cara terbaik memelihara Kesehatan adalah dengan working out (olah raga).
- Cara memelihara pekerjaan adalah dengan terus memberikan yang terbaik dan selalu membuatnya menjadi lebih baik / memberikan nilai tambah bagi orang lain dalam apapun yang kita kerjakan.
Dari kisah penciptaan kita bisa belajar:
Tuhan menciptakan (setiap) manusia dengan sebuah potensi – berupa bakat, kemampuan, ketrampilan, kemampuan berpikir, kepribadiannya — untuk dapat mengembangkan apa yang dipercayakan kepadanya.
Tadi kita membaca bahwa manusia diciptakan serupa dengan gambar Allah, artinya manusia mewarisi sifat-sifat Tuhan. Salah satu sifat Tuhan adalah bahwa dia Tuhan yang CREATIVE (memiliki daya cipta). Sifat ini juga Tuhan berikan kepada manusia, maka manusia memiliki kemampuan untuk membuat apa yang dipercayakan kepadanya menjadi LEBIH BAIK.
Bagaimana menjadi pengelola yang baik?
Pengelola (steward) yang baik menggunakan semua potensi yang Tuhan berikan, untuk membuat apa yang Tuhan percayakan menjadi lebih baik.
Kepada setiap manusia sudah diberikan potensi untuk kita menjadi pengelola yang baik, karena Tuhan mau supaya kita mengalami kesuksesan dalam hidup dengan menggunakan potensi yang Tuhan berikan untuk mengelola apa yang Tuhan percayakan di tangan kita.
Karena itu kita harus mengenal potensi2 yang Tuhan sudah berikan kepada setiap kita. Kita harus menggali potensi2 itu dan menggunakannya agar hidup kita berbuah dan memberikan nilai tambah bagi orang lain. Kita harus terus mengembangkan potensi2 itu agar hidup kita semakin berbuah.
Ada tiga tingkatan dalam hubungan kita dengan Tuhan:
- Percaya (believe)
- Berserah (trust)
- Dipercaya (trusted)
Dengan kata lain STEWARDSHIP adalah pertumbuhan kita dari orang percaya menjadi orang kepercayaan Tuhan, untuk mengelola apa yang menjadi milik Tuhan.
Maz.24:1 Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya.
(FAYH) BUMI adalah milik Allah! Segala sesuatu di dunia ini adalah kepunyaan-Nya!
Saya mau kita merenungkan sebentar, “Segala sesuatu di dunia ini adalah kepunyaan-Nya!” Ada dua hal, pertama, segala sesuatu yang kita miliki adalah milik Tuhan. Ingat prinsip stewardship: Tuhan pemilik dan kita pengelola. Pertanyaan saya apakah kita sudah bertindak sebagai pengelola atau pemilik? Apakah dari sudut pandang kita, Tuhan itu pemilik hidup saya? Kedua, rencana Tuhan menciptakan manusia adalah agar Tuhan dapat mempercayakan apa yang menjadi ciptaan-Nya atau menjadi miliknya kepada manusia. Persoalannya, siapa orang yang dapat dipercaya untuk menerima kepercayaan ini?
Di Mat.25 ada sebuah perumpamaan: seorang tuan yang akan bepergian memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan uang kepada mereka. Yang pertama diberikan 5 talenta, yang kedua diberikan 2 talenta, yang ketiga diberikan satu telenta, menurut kemampuan atau kapasitas masing-masing. Waktu tuannya kembali, dia memanggil hamba-hambanya dan bertanya apa yang mereka lakukan dengan talenta-talenta yang dipercayakan kepda mereka.
Mat.25:20 Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.
Apa yang Tuhan percayakan, harus kita pertanggungjawabkan.
Sudut pandang bahwa Tuhan adalah pemilik dan kita adalah pengelola sangat penting. Kalau kita merasa sebagai pemilik, maka kita hanya akan bertanya kepada diri sendiri ”apa yang saya mau.” Hamba yang baik selalu bertanya apa keinginan tuannya dan taat kepada tuannya.
Karena kita sadar bahwa suatu kali harus kita pertanggung jawabkan, maka kita tidak sembarangan menggunakannya untuk menuruti keinginan kita sendiri; kita mau pastikan digunakan sesuai keinginan Tuhan, dan untuk kemuliaan Tuhan.
Ini harus menjadi PRINSIP hidup, dalam segala bidang. Itulah arti hidup untuk kemuliaan Tuhan.
Mat.25:21 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
- “Setia” berarti dapat dipercaya (oleh suami/istri, orang tua, atasan, maupun oleh Tuhan), ingat kita harus bertumbah dari orang percaya menjadi orang kepercayaan Tuhan.
- “Setia” juga berarti produktif atau berbuah.
- “Setia” bukan berarti ada di sana tanpa menghasilkan apa-apa.
- “Setia” artinya membuat apa yang dipercayakan di tangan kita menjadi lebih baik / terjadi peningkatan.
Mat.25:22 Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta.
Tuhan memberikan kepercayaan sesuai dengan kapasitas kita, dan kita harus mempertanggungjawabkan sesuai kapasitas kita.
Tidak usah sibuk membandingkan apa yang Tuhan percayakan dengan orang lain. Tidak usah iri hati
Mat.25:23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
Siapa yang setia dengan perkara kecil, akan dipercaya perkara yang besar.
Semakin baik kita mengelola apa yang Tuhan berikan, semakin banyak yang Tuhan percayakan.
Karena itu salah satu tanggung jawab kita adalah terus belajar dan mengembangkan kapasitas kita.
Prinsip “setia dengan perkara kecil, akan dipercaya perkara yang besar” bisa kita lihat dari kehidupan Yusuf, dari dibuang ke sumur, lalu dijual ke Potifar, dan mulai dipercaya mengelola rumah Potifar sampai akhirnya dipercaya menjadi perdana Menteri Mesir.
Kej.39:1 Adapun Yusuf telah dibawa ke Mesir; dan Potifar, seorang Mesir, pegawai istana Firaun, kepala pengawal raja, membeli dia dari tangan orang Ismael yang telah membawa dia ke situ. (2) Tetapi Tuhan menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu.
Kej.39:3 Setelah dilihat oleh tuannya, bahwa Yusuf disertai Tuhan dan bahwa Tuhan membuat berhasil segala sesuatu yang dikerjakannya, (4) maka Yusuf mendapat kasih tuannya, dan ia boleh melayani dia; kepada Yusuf diberikannya kuasa atas rumahnya dan segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf.
Kej.39:5 Sejak ia memberikan kuasa dalam rumahnya dan atas segala miliknya kepada Yusuf, Tuhan memberkati rumah orang Mesir itu karena Yusuf, sehingga berkat Tuhan ada atas segala miliknya, baik yang di rumah maupun yang di ladang. (6) Segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf, dan dengan bantuan Yusuf ia tidak usah lagi mengatur apa-apa pun selain dari makanannya sendiri.
Kej.39:20 Lalu Yusuf ditangkap oleh tuannya dan dimasukkan ke dalam penjara, tempat tahanan-tahanan raja dikurung. Demikianlah Yusuf dipenjarakan di sana. (21) Tetapi Tuhan menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara itu. (22) Sebab itu kepala penjara mempercayakan semua tahanan dalam penjara itu kepada Yusuf, dan segala pekerjaan yang harus dilakukan di situ, dialah yang mengurusnya. (23) Dan kepala penjara tidak mencampuri segala yang dipercayakannya kepada Yusuf, karena Tuhan menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat Tuhan berhasil.
Kita belajar dari Yusuf, di tanah asing dia dapat bersinar dan mengelola apa yang dipercayakan kepadanya. Bahkan dalam penjara pun Yusuf tetap bersinar dan menjadi pengelola yang baik dari apa yang dipercayakan kepadanya.
Orang yang dapat dipercaya, akan selalu mendapatkan kepercayaan.
Kej.41:40 Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu.” (41) Selanjutnya Firaun berkata kepada Yusuf: ”Dengan ini aku melantik engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir.”
Kej.41:46 Yusuf berumur tiga puluh tahun ketika ia menghadap Firaun, raja Mesir itu.
Luk.12:48b Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.”
Kalau Tuhan mempercayakan banyak hal di tangan kita – bakat, kemampuan, keuangan, dll. – supaya kita dapat melayani lebih banyak orang dan berbuah lebih banyak untuk Tuhan.
Mat.25:24 Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. (25) Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!
Sudut pandang kita tentang siapa Tuhan menentukan seberapa kita akan dapat mengerti rancangan Tuhan dan bagaimana kita menjadi pengelola yang baik. Hamba yang diberi satu talenta tidak mengerti prinsip stewardship: Tuhan pemilik dan kita pengelola. Karena itu dia tidak bisa mengerti bahwa rancangan Tuhan adalah agar kita dapat dipercaya lebih banyak atau perkara lebih besar. Dia tidak mengerti bahwa tuannya mau dia berhasil, tuannya tidak mau dia gagal. Tuhan mau supaya kita mengalami kesuksesan dalam hidup.
Mat.25:26 Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? (27) Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya.
Mat.25:28 Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu.
Kita akan kehilangan apa yang tidak dapat kita Kelola dengan baik.
We will lose what we cannot manage.
Berlaku untuk Kesehatan, keuangan, relationship
Sebaliknya apa yang dapat kita kelola dengan baik akan ditambahkan kepada kita.
“ … berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu.” Orang yang sudah sudah punya 10 malah ditambahkan sehingga punya 11. Ini yang kita kenal sebagai FRUITFULNESS (hidup yang berbuah).
Stewardship adalah cara Tuhan utuk kita mengalami kemakmuran (PROSPERITY = kelimpahan.)
Prosperity adalah hasil pengelolaan yang baik.
Ada orang yang hidup mengejar kemakmuran, tetapi melupakan tugasnya sebagai seorang steward, dan merasa apa yang ditangannya adalah miliknya. Kalau kita kehilangan perspektif ini: bahwa Tuhan adalah pemilik, dan kita adalah pengelola, maka kita akan kehilangan fungsi kita sebagai pengelola, dan kehilangan apa yang tadinya dipercayakan kepada kita. Semakin baik kita mengelola apa yang Tuhan sudah percayakan, semakin banyak yang akan akan dipercayakan kepada kita, itulah yang Namanya KELIMPAHAN atau KESUKSESAN.
PERTANYAAN RENUNGAN
Apa yang sudah Tuhan percayakan kepada anda (potensi, bakat, ketrampilan, kemampuan berpikir, kepribadian, uang) yang belum saya gunakan dengan baik untuk kemuliaan Tuhan?
Kalau kita mau supaya kita menjadi orang kepercayaan Tuhan dan hidup kita memuliakan Tuhan, apa yang harus berubah dari hidup saya?