2 Korintus 11:23–27 “Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut.
Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan;
tiga kali aku didera rotan; sekali aku dilempari dengan batu; tiga kali aku mengalami karam kapal; sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut.
Sering dalam perjalanan aku dihadang bahaya sungai, bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi, bahaya dari pihak orang-orang bukan Yahudi, bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu;
aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat, kerap kali tidak tidur, aku lapar dan dahaga, kerap kali berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian.”
Orang yang sama mengatakan:
Rom.8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
(BIS) Kita tahu bahwa Allah mengatur segala hal, sehingga menghasilkan yang baik untuk orang-orang yang mengasihi Dia dan yang dipanggil-Nya sesuai dengan rencana-Nya.
Bobot suatu ucapan selalu ditentukan oleh harga yang telah dibayar oleh orang yang mengucapkannya.
Nelson Mandela
Ketika Mandela berbicara tentang PENGAMPUNAN, kata-katanya mengguncang dunia. Mengapa? Karena ia bukan sekadar politisi, melainkan seorang yang telah dipenjara selama 27 tahun demi keyakinannya. Kata-katanya punya bobot, karena ia sendiri telah membayar harga penderitaan untuk bisa mengucapkannya.
Paulus setelah mengalami:
- Lapar, haus, dingin, tanpa tidur, tanpa pakaian layak.
- Dipenjara berulang kali.
- Disesah lima kali, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan.
- Didera rotan, dilempari batu, karam kapal, dan terkatung-katung di laut.
- Menghadapi bahaya sungai, penyamun, orang Yahudi, orang bukan Yahudi, kota, padang gurun, laut, bahkan saudara palsu.
Pernyataannya adalah …
Rom.8:28 (FAYH) Dan kita tahu bahwa segala sesuatu yang terjadi atas diri kita adalah untuk kebaikan kita, jika kita mengasihi Allah dan menyesuaikan diri dengan rencana-rencana-Nya.
Lagu It Is Well with My Soul
Horatio Gates Spafford adalah seorang pengacara dan pengusaha di Chicago pada abad ke-19. Kehidupannya tampak mapan, namun dalam waktu singkat ia mengalami rangkaian tragedi yang mengguncang.
- Bisnisnya hancur akibat kebakaran besar Chicago tahun 1871.
- Anak laki-lakinya meninggal karena penyakit.
- Empat anak perempuannya tenggelam dalam karam kapal SS Ville du Havre ketika istrinya, Anna, berlayar bersama mereka ke Eropa. Hanya istrinya yang selamat.
Bayangkan kedukaan seorang ayah: kehilangan harta benda, anak laki-laki, lalu keempat anak perempuan sekaligus. Saat Spafford menyeberangi Atlantik untuk menjemput istrinya, kapten kapal memberi tahu bahwa mereka sedang melewati lokasi di mana anak-anaknya tenggelam. Di atas geladak, Spafford menulis syair yang kemudian menjadi lagu yang dikenal sepanjang zaman:
“When peace like a river attendeth my way, when sorrows like sea billows roll; whatever my lot, Thou hast taught me to say, it is well, it is well with my soul.”
(Ketika damai mengalir bagai sungai, atau ketika duka datang bagai gelombang laut; apapun yang terjadi, Engkau mengajariku berkata: jiwaku baik-baik saja.)
Rom.8:28 (NIV) And we know that in all things God works for the good of those who love him, who have been called according to his purpose.
Makna “Dalam Segala Sesuatu”
“God says ‘all.’ We say ‘except.’”
Masalah kita bukan ayatnya, melainkan cara kita menanggapinya. Kita sering menambahkan catatan kecil di hati kita:
- “Aku percaya Allah bekerja dalam segala sesuatu—kecuali sakit kanker ini.”
- “Aku percaya Allah bekerja dalam segala sesuatu—kecuali ketika pernikahanku gagal.”
- “Aku percaya Allah bekerja dalam segala sesuatu—kecuali rasa sakit kehilangan anakku.”
“God is too good to be unkind, and He is too wise to be mistaken. And when we cannot trace His hand, we must trust His heart.” – Charles Spurgeon
Iman kita mencakup tetap percaya ketika menghadapi hal-hal yang tidak kita mengerti atau berbeda dari apa yang kita inginkan.
stop making exceptions where God makes none.
All Things—Even Our Mistakes
Roma 8:28 tidak berarti orang percaya bebas dari konsekuensi kesalahan. Allah memang berdaulat, tetapi Ia tidak meniadakan hukum tabur dan tuai. Jika kita salah memilih, kita tetap harus menanggung akibatnya.
- Daud setelah dosanya dengan Batsyeba tetap kehilangan anaknya (2 Sam. 12:14–18).
- Musa karena ketidaktaatannya tidak diizinkan masuk tanah perjanjian (Bil. 20:12).
- Petrus setelah menyangkal Yesus mengalami kepedihan mendalam, meski kemudian dipulihkan (Yoh. 21:15–17).
👉 Konsekuensi tetap ada. Namun, inilah kabar baiknya: Allah tidak berhenti bekerja sekalipun di tengah kesalahan kita.
- Kita membayar harga keputusan kita. Itu adalah bagian dari keadilan dan kasih Allah yang mendidik.
- Allah bisa menenun benang kusut menjadi pola indah. Bahkan kegagalan kita bisa dipakai untuk mendewasakan, merendahkan hati, dan mempersiapkan kita bagi tujuan-Nya.
1) God is sovereign – Allah Berdaulat
Definisi:
Ketika kita berkata Allah berdaulat, artinya Ia memiliki kuasa tertinggi, mandiri, dan berotoritas penuh. Tidak ada yang dapat menggagalkan rencana-Nya; tidak ada kuasa, peristiwa, atau kehendak manusia yang berada di luar kendali-Nya.
Sepanjang Alkitab kita menemukan tindakan Allah yang menunjukkan bahwa Ia berkuasa atas segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tampak mustahil bagi manusia:
- Allah membuat keledai berbicara (Bilangan 22:28–30) → bahkan makhluk sederhana tunduk pada perintah-Nya.
- Allah membuat kapak besi mengapung (2 Raja-raja 6:6) → hukum alam tunduk kepada kehendak-Nya.
- Allah menghadirkan ikan dengan uang di mulutnya (Matius 17:27) → ciptaan laut pun Ia pakai untuk memenuhi kebutuhan umat-Nya.
- Allah mengatur bangsa-bangsa (Daniel 2:21) → Ia yang menurunkan dan mengangkat raja-raja.
Semua ini membuktikan: Allah bukan hanya berdaulat dalam skala besar seperti jalannya sejarah, tetapi juga dalam hal-hal kecil dan pribadi dalam kehidupan anak-anak-Nya.
Rasul Paulus mengalami kedaulatan Allah ini secara pribadi. Dalam Roma 8, setelah menyebutkan berbagai penderitaan—kesesakan, penganiayaan, kelaparan, ketelanjangan, bahaya, atau pedang—ia menyimpulkan dengan penuh keyakinan:
“Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 8:38–39)
Ini bukanlah sekadar pernyataan teologis dingin, melainkan pengakuan iman yang lahir dari luka dan pengalaman nyata. Paulus pernah karam kapal, dilempari batu, dikhianati, lapar, haus, bahkan dipenjara, tetapi ia tetap melihat tangan Allah yang menopang dalam setiap langkah hidupnya.
2) God is Omniscient – Allah Maha Tahu
Pengetahuan yang Sempurna, Tanpa Batas, dan Tak Terhingga
Ketika kita mengatakan bahwa Allah Maha Tahu (omniscient), artinya Ia memiliki pengetahuan yang sempurna, tidak terbatas, dan tak terhingga. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya—baik yang sudah terjadi, yang sedang berlangsung, maupun yang akan datang.
Mazmur 139:16 “Mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya.”
Ini berarti Allah sudah mengenal seluruh jalan hidup kita bahkan sebelum kita lahir. Pengetahuan Allah bukan sekadar informasi di masa depan, melainkan rencana yang disengaja dalam providensia-Nya.
Allah Mengetahui Akhir Sejak Permulaan
Yesaya 46:10 “Aku memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana; firman-Ku: Keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan.”
Ayat ini menunjukkan bahwa:
- Pengetahuan Allah menyeluruh → Ia mengetahui akhir sejarah dari sejak awal.
- Pengetahuan Allah aktif, bukan pasif → Ia tidak hanya tahu, tetapi juga menetapkan dan menuntun.
- Pengetahuan Allah bersifat kekal → Allah tidak terikat waktu. Bagi-Nya, masa lalu, masa kini, dan masa depan sama-sama hadir di hadapan-Nya.
Refleksi Teologis
- Pengetahuan Allah sempurna (Perfect Knowledge). Tidak ada yang bisa mengejutkan Allah. Ia tidak pernah belajar sesuatu yang baru atau lupa sesuatu yang lama.
- Pengetahuan Allah tidak terbatas (Unlimited Knowledge). Ia mengetahui hal-hal yang tampak dan tersembunyi, baik dalam alam semesta maupun hati manusia (Ibr. 4:13).
- Pengetahuan Allah tak terhingga (Infinite Knowledge). Mazmur 147:5 berkata: “Kebesaran Allah kita sungguh besar dan kekuatan-Nya tidak terbatas; kebijaksanaan-Nya tidak terhingga.”
Implikasi bagi Orang Percaya
- Ketenangan dalam ketidakpastian. Hidup penuh kejutan bagi kita, tetapi tidak ada yang mengejutkan Allah.
- Keyakinan dalam doa. Kita berdoa bukan kepada Allah yang tidak tahu, tetapi kepada Allah yang sudah tahu apa yang kita butuhkan (Mat. 6:8).
- Kepastian dalam panggilan hidup. Jika Allah mengetahui akhir sejak permulaan, maka Ia juga tahu jalur terbaik untuk menuntun kita sampai pada tujuan-Nya.
- Penghiburan dalam kesalahan kita. Bahkan ketika kita gagal, Allah sudah tahu sebelumnya, dan Ia mampu memakai kegagalan itu untuk mendewasakan kita (Roma 8:28).
Allah mengetahui akhir dari awal.
Tuhan tidak pernah terlalu cepat dan tidak pernah terlambat.
Yesus sengaja menunda dua hari ketika mendengar Lazarus sakit (Yoh. 11:6). Bagi Marta dan Maria, itu tampak seperti keterlambatan. Namun, Yesus tahu apa yang mereka tidak tahu—bahwa Lazarus akan dibangkitkan.
“To us, many things are accidental and unforeseen; to God, nothing is accidental or unforeseen. He is never surprised, never amazed.” — A.W. Tozer
Hidup bisa mengejutkan kita, tapi tidak pernah mengejutkan Allah—semua sudah ada dalam rencana-Nya.
Karena Allah Maha Tahu, maka kita dapat menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya. Tidak ada satu detail pun dari kehidupan kita yang luput dari pengetahuan-Nya. Ia melihat masa lalu kita dengan segala keberhasilan dan kegagalan, Ia mengetahui masa kini kita dengan segala tantangan, dan Ia sudah menyiapkan masa depan kita dengan penuh hikmat dan kasih.
Mazmur 37:23 “TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya.”
- Allah tahu apa yang kita tidak tahu. Kita terbatas dalam ruang dan waktu, tetapi Allah melihat keseluruhan perjalanan hidup kita dari awal hingga akhir (Yes. 46:10).
- Allah tahu apa yang terbaik, bukan hanya apa yang kita inginkan. Seringkali kita berpikir sebuah jalan baik bagi kita, tetapi Allah yang Mahatahu melihat potensi bahaya yang tidak kita sadari (Ams. 14:12).
- Allah menuntun dengan kasih, bukan sekadar kuasa. Pengetahuan Allah tidak membuat-Nya jauh dan dingin, melainkan Ia dengan penuh kasih menuntun anak-anak-Nya menuju masa depan yang penuh harapan (Yer. 29:11).
“Masa depan mungkin tersembunyi bagi kita, tetapi sepenuhnya terang di hadapan Tuhan; sebab itu, dengan iman kita percaya, yang terbaik telah Ia sediakan bagi kita.
3) Allah Mahakuasa (God is Omnipotent)
Definisi:
Ketika kita berkata Allah Mahakuasa, artinya Ia memiliki segala kuasa, tidak terbatas, dan tidak pernah berkurang.Tidak ada sesuatu pun yang mustahil bagi-Nya.
Yesaya 40:28 “Tidakkah kautahu dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu; pengertian-Nya tidak terduga.”
Salah satu bukti nyata dari kemahakuasaan Allah adalah kemampuan-Nya untuk membalikkan situasi terburuk sekalipun menjadi sarana kebaikan.
Kejadian 50:20 “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakan untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”
Refleksi Teologis
- Kedaulatan Allah melampaui niat manusia.
Saudara-saudara Yusuf merencanakan kejahatan—menjual dia sebagai budak. Tetapi Allah memakai jalan yang penuh air mata itu sebagai sarana untuk menyelamatkan ribuan orang dari kelaparan. - Allah tidak menciptakan kejahatan, tetapi Ia berdaulat atas kejahatan.
Kejahatan berasal dari hati manusia yang berdosa, tetapi Allah Mahakuasa sanggup menaklukkannya untuk menghasilkan sesuatu yang baik (Roma 8:28). - Allah menenun benang kusut menjadi pola yang indah.
Dari perspektif manusia, penderitaan Yusuf tampak sia-sia. Namun dalam providensia Allah, setiap peristiwa adalah benang yang disatukan untuk menghasilkan karya penyelamatan.
“Do not fear man—what man means for harm, God can transform into blessing.”