Mujijat di Pernikahan di Kana

Tiga Kebenaran yang Mengubah Setiap Pernikahan

Yohanes 2:1–11 mencatat mujijat pertama Yesus—dan itu bukan terjadi di bait Allah, bukan di sinagoga, bukan di atas gunung, tetapi di sebuah pernikahan. Ini menunjukkan hati Tuhan bagi rumah tangga: Ia mau hadir, mau bekerja, dan mau memulihkan.


1. Kehadiran Tuhan dalam Pernikahan

Yesus diundang—dan ketika Yesus hadir, Ia bekerja.

Di Kana, mujijat terjadi karena Yesus hadir. Banyak orang ingin mujijat rumah tangga, tetapi tidak menyediakan ruang bagi Tuhan untuk hadir.

Ada banyak pesta, tetapi tidak semua pesta mengundang Yesus.
Ada banyak pernikahan, tetapi tidak semua memberikan ruang bagi-Nya.\

Kebenaran teologis:
Yesus tidak memaksa diri-Nya masuk ke rumah tangga; Ia hadir ketika diundang. Dan ketika Ia hadir, suasana berubah:

  • Kekurangan berubah menjadi kelimpahan
  • Kekhawatiran berubah menjadi kelegaan
  • Krisis berubah menjadi kesaksian

Pernikahan di Kana tidak sempurna—mereka kehabisan anggur.
Dan selama Yesus masih ada di ruangan itu, segala kekurangan hanyalah kesempatan untuk mujizat.

Aplikasi:

  • Hadirkan Tuhan dalam doa rumah tangga, bukan hanya doa makan.
  • Hadirkan Tuhan dalam keputusan, bukan hanya saat masalah.
  • Hadirkan Tuhan dalam ibadah keluarga, sehingga atmosfir rohani di rumah dipenuhi kasih dan hikmat Tuhan.

Bukan masalah seberapa besar rumahmu, tetapi siapa yang tinggal di dalamnya.
Bukan seberapa megah pestamu, tetapi apakah Yesus ada di tengah-tengahnya.
Hadirkan Dia — dan engkau tidak akan pernah berjalan sendirian.


2. Ketaatan terhadap Cara Tuhan

“Apa yang dikatakan-Nya kepadamu, lakukanlah!” (Yoh. 2:5)

Maria memberi nasihat terbaik untuk setiap suami-istri: Ikuti cara Tuhan, bukan cara kita.

Air dalam tempayan tidak akan menjadi anggur jika para pelayan tidak taat mengisi tempayan dengan air. Mujijat selalu mengikuti ketaatan.

Air tidak akan berubah menjadi anggur jika para pelayan berdiskusi.
Mereka tidak diminta mengerti—mereka diminta taat.

Kebenaran teologis:
Tuhan bekerja melalui langkah-langkah kecil yang sering tidak masuk akal, tetapi penuh kuasa ketika ditaati.

  • Taat untuk mengampuni
  • Taat untuk merendahkan diri
  • Taat untuk mengutamakan pasangan
  • Taat untuk menjaga kekudusan
  • Taat untuk mengasihi seperti Kristus mengasihi jemaat

Aplikasi:

  • Pilih respons daripada reaksi.
  • Pilih pengampunan daripada kepahitan.
  • Pilih komunikasi daripada diam dalam jarak.

3. Pernikahan yang Tetap Manis Sampai Akhir

“Engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.” (Yoh. 2:10)

Dalam pesta pada zaman itu, anggur terbaik diberikan di awal. Tetapi di Kana, Yesus membalikkan pola dunia: anggur terbaik diberikan di akhir.

Begitulah desain Tuhan untuk pernikahan:
Kasih semakin dalam, bukan semakin pudar. Persatuan semakin kuat, bukan semakin rapuh. Manisnya hubungan semakin terasa, bukan semakin hambar.

“Love grows when we choose daily to give what we promised on our wedding day.” — Francis Chan

Kebenaran teologis:
Ketika Yesus bekerja dalam pernikahan, waktu bukan musuh—waktu menjadi sahabat. Waktu tidak merusak hubungan; waktu mempermanisnya.

Aplikasi:

  • Rayakan proses, bukan hanya momen-momen besar.
  • Pelihara kasih setiap hari dalam hal kecil: perhatian, kata yang lembut, apresiasi.
  • Jaga kerendahan hati: dua orang yang salah tetap bisa pulih jika dua orang itu mau belajar.

“A good marriage is not something you find, but something you build—day by day.” — Gary Thomas
Pernikahan yang baik bukan sesuatu yang ditemukan, tetapi dibangun setiap hari.


Penutup: Undang Yesus, Ikuti Yesus, dan Nikmati Manisnya Perjalanan

Pernikahan di Kana bukan hanya cerita tentang anggur yang berubah menjadi manis, tetapi tentang Allah yang hadir, kita yang taat, dan hasil yang indah.

Tinggalkan komentar