TRUE SACRIFICE

1Sam.15:22 (BIS) Tetapi Samuel berkata [kepada Raja Saul], “Manakah yang lebih disukai TUHAN, ketaatan atau kurban persembahan? Taat kepada TUHAN lebih baik daripada mempersembahkan kurban. Patuh lebih baik daripada lemak domba.
(NLT) What is more pleasing to the Lord:
    your burnt offerings and sacrifices
    or your obedience to his voice? Obedience is better than sacrifice.

“Manakah yang lebih disukai TUHAN, ketaatan atau kurban persembahan? ” Buat kebanyakan orang pertanyaan ini mungkin tidak berarti apa-apa, tapi bagi mereka yang ingin hidup menyukakan hati Tuhan, maka ini pertanyaan yang penting, karena kita ingin tahu apa yang lebih menyukakan hati Tuhan daripada persembahan atau korban kita yang lain.

Banyak orang berpikir bahwa Kekristenan adalah tentang ibadah (pokoknya kalau tiap Minggu ke gereja, cukup, hari lain sesukaku), persembahan (ada orang yang berbangga karena setia dengan perpuluhan, sementara dia tahu bahwa banyak orang Kristen lain tidak memberi perpuluhan), dan pelayanan (merasa kalau saya sudah melayani Tuhan, Tuhan berhutang kepada saya untuk memberi apa yang saya mau), tetapi melupakan satu esensi penting yaitu KETAATAN. 

Alkitab mengatakan walaupun Tuhan senang dengan ibadah kita, persembahan kita dan pelayanan kita, semua itu tidak ada gunanya tanpa ketaatan: “Taat kepada TUHAN lebih baik daripada mempersembahkan kurban. Patuh lebih baik daripada lemak domba.”

1Sam.15:1 Berkatalah Samuel kepada Saul: “Aku telah diutus oleh TUHAN untuk mengurapi engkau menjadi raja atas Israel, umat-Nya; oleh sebab itu, dengarkanlah bunyi firman TUHAN. (2) Beginilah firman TUHAN semesta alam: Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir. (3) Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai.” 

Kenapa orang Amalek harus ditumpas? Kenapa perintah Tuhan begitu keras tentang Amalek?

Orang Amalek menghalang-halangi orang-orang Israel untuk masuk ke Tanah Perjanjian Tuhan, karena itu harus dikalahkan bahkan ditumpas, karena mereka ini berbahaya. Siapakah Amalek? Amalek adalah keturunan Esau: Lambang dari kedagingan atau hawa nafsu (Ref. Kej 36:12), karena Esau ini menukar hak kesulungannya dengan sup kacang merah.  Amalek—lebih dari sekadar nama di Alkitab. Ia mewakili dosa. Ia melambangkan setiap alasan, setiap sikap, setiap hal tersembunyi yang memisahkan kita dari destiny Tuhan atas hidup kita.

Pelajaran apa dari perintah Tuhan kepada Saul untuk menumpas habis Amalek? Dosa adalah sesuatu yang tidak boleh hanya dijinakkan, atau diberi tempat dalam hidup kita karena kita merasa bisa mengatasinya. Beberapa waktu lalu saya melihat sebuah video di YouTube, seorang yang memelihara buaya di halaman belakang rumahnya dari kecil, semuanya berjalan baik, sampai satu kali tetangganya mendengar Wanita ini berteriak, karena buaya yang menjadi peliharaan dari kecil, dan sekarang sudah bertumbuh besar, menggigit pemiliknya sendiri.

Kolose 3:5 Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala.

1Sam.15:4 Lalu Saul memanggil rakyat berkumpul dan memeriksa barisan mereka di Telaim: ada dua ratus ribu orang pasukan berjalan kaki dan sepuluh ribu orang Yehuda. (5) Setelah Saul sampai ke kota orang Amalek, disuruhnyalah orang-orang menghadang di lembah.

(7) Lalu Saul memukul kalah orang Amalek mulai dari Hawila sampai ke Syur, yang di sebelah timur Mesir. (8) Agag, raja orang Amalek, ditangkapnya hidup-hidup, tetapi segenap rakyatnya ditumpasnya dengan mata pedang. 

Alkitab mencatat Saul tidak menumpas seluruh Amalek, ada yang dibiarkannya hidup; dan di kemudian hari keturunan Amalek ini menyusahkan orang Israel. Ada suatu peristiwa yang dicatat di kitab Ester, ketika seorang bernama Haman hampir berhasil memusnahkan seluruh bangsa Yahudi di Persia melalui rencana genosida.

Ester 3:1 “Haman bin Hamdata, orang Agag itu…”; tenyata Haman adalah keturunan Agag (raja Amalek). 

Akibat ketidaktaatan Saul membuka celah bagi musuh untuk menyerang generasi berikutnya. Itulah sebabnya Tuhan menyuruh Saul menumpas seluruh orang Amalek. Itulah sebabnya Tuhan menyuruh kita hidup dalam ketaatan dan tidak memberikan celah sedikitpun bagi dosa dan kedagingan. Sedikit celah kecil bagi dosa bisa jadi awal kehancuran, karena itu jangan beri kesempatan, supaya kita tidak menuai penyesalan di kemudian hari.

Perintah Tuhan mungkin tak selalu kita mengerti, tapi kita tidak dipanggil untuk mengerti, kita dipanggil untuk taat.

Ibrani 11:8 — “Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil… ia berangkat, walaupun ia tidak tahu ke mana ia pergi.”

Ketaatan kepada-Nya selalu bertujuan untuk kebaikan kita.

Kita tidak selalu bisa melihat hasil dari ketaatan dalam jangka pendek, tetapi ketaatan akan selalu menghasilkan kebaikan dalam jangka panjang.

Ula.28:1 “Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi.

(BIS) Kalau kamu mentaati TUHAN Allahmu dan setia melakukan segala perintah-Nya … 

(2) Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu: (3) Diberkatilah engkau di kota dan diberkatilah engkau di ladang.

(NLT) Your towns and your fields will be blessed.

Ula.28:4 Diberkatilah buah kandunganmu, hasil bumimu dan hasil ternakmu, yakni anak lembu sapimu dan kandungan kambing dombamu. 

(BIS) Diberkatilah kamu, sehingga anak-anakmu banyak, hasil tanahmu berlimpah dan sapi serta kambing dombamu berjumlah besar.

(5) Diberkatilah bakulmu dan tempat adonanmu. 

(BIS) Diberkatilah panen gandummu serta makanan yang kamu buat dari gandum itu.

(6) Diberkatilah engkau pada waktu masuk dan diberkatilah engkau pada waktu keluar.

(NLT) Wherever you go and whatever you do, you will be blessed.

Ula.28:7 TUHAN akan membiarkan musuhmu yang maju berperang melawan engkau, terpukul kalah olehmu. Bersatu jalan mereka akan menyerangi engkau, tetapi bertujuh jalan mereka akan lari dari depanmu 

(FAYH) TUHAN akan mengalahkan musuh-musuhmu di hadapanmu. 

Ula.28:9 TUHAN akan menetapkan engkau sebagai umat-Nya yang kudus, seperti yang dijanjikan-Nya dengan sumpah kepadamu, jika engkau berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, dan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya.

(BIS) Kalau kamu mentaati TUHAN Allahmu dan melakukan segala perintah-Nya…

(10) Maka segala bangsa di bumi akan melihat, bahwa nama TUHAN telah disebut atasmu, dan mereka akan takut kepadamu.

Ula.28:12 TUHAN akan membuka bagimu perbendaharaan-Nya yang melimpah, yakni langit, untuk memberi hujan bagi tanahmu pada masanya dan memberkati segala pekerjaanmu, sehingga engkau memberi pinjaman kepada banyak bangsa, tetapi engkau sendiri tidak meminta pinjaman. (13) TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia,

(FAYH) Jika kamu mendengarkan dan menaati perintah-perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini,

Ketaatan adalah cara Tuhan untuk kita mengalami rencana-Nya dalam hidup kita. 

Seperti orang tua yang baik, membatasi anak kita main game atau nonton TV, supaya punya waktu belajar atau istirahat yang cukup supaya besok bisa sekolah dengan efektif.

1Sam.13:13 Kata Samuel kepada Saul: “Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah TUHAN, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; sebab sedianya TUHAN mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya. 

Ula.5:33 (BIS) Lakukanlah semua yang diperintahkan TUHAN Allahmu kepadamu supaya kamu sejahtera dan dapat menetap di negeri yang akan kamu diami.”

Sebaliknya, setiap ketidaktaatan dapat menunda atau bahkan menjauhkan kita dari rencana-Nya.

1Sam.15:9 Tetapi Saul dan rakyat itu menyelamatkan Agag dan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, pula anak domba dan segala yang berharga: tidak mau mereka menumpas semuanya itu. Tetapi segala hewan yang tidak berharga dan yang buruk, itulah yang ditumpas mereka. (10) Lalu datanglah firman TUHAN kepada Samuel, demikian: (11) “Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku.

Obedience always has a price, but disobedience will cost you more.

Untuk ketaatan akan selalu ada harga yang harus dibayar, tetapi ketidaktaatan akan membuat kita membayar lebih mahal.

Manusia cenderung memilih-milih atau menunda-nunda ketaatan: memilih yang mudah dan tanpa bayar harga, menghindari apa yang menuntut kita melakukan apa yang bertentangan dengan keinginan daging kita.

1Sam.15:9 Tetapi Saul dan rakyat itu menyelamatkan Agag dan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, pula anak domba dan segala yang berharga: tidak mau mereka menumpas semuanya itu. Tetapi segala hewan yang tidak berharga dan yang buruk, itulah yang ditumpas mereka.

“Delayed obedience is disobedience. Partial obedience is disobedience.”  — Charles Stanley

Ketaatan yang ditunda adalah ketidaktaatan. Ketaatan yang setengah-setengah juga adalah ketidaktaatan.

TIGA TANTANGAN KETAATAN

#1. Jangan tertipu rasa aman yang palsu hanya karena kita merasa lebih baik dari orang lain.

1Sam.15:13 Ketika Samuel sampai kepada Saul, berkatalah Saul kepadanya: “Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN; aku telah melaksanakan firman TUHAN.” (14) Tetapi kata Samuel: “Kalau begitu apakah bunyi kambing domba, yang sampai ke telingaku, dan bunyi lembu-lembu yang kudengar itu?” (15) Jawab Saul: “Semuanya itu dibawa dari pada orang Amalek, sebab rakyat menyelamatkan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dengan maksud untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu; tetapi selebihnya telah kami tumpas.”

Standar Tuhan bukan apakah kita lebih baik dari orang lain, standar Tuhan adalah taat atau tidak taat kepada kehendak-Nya.

#2. Ketika kita lebih percaya logika manusia daripada perintah Tuhan.

1Sam.15:15 Jawab Saul: “Semuanya itu dibawa dari pada orang Amalek, sebab rakyat menyelamatkan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dengan maksud untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu; tetapi selebihnya telah kami tumpas.”

(18) TUHAN telah menyuruh engkau pergi, dengan pesan: Pergilah, tumpaslah orang-orang berdosa itu, yakni orang Amalek, berperanglah melawan mereka sampai engkau membinasakan mereka. (19) Mengapa engkau tidak mendengarkan suara TUHAN? Mengapa engkau mengambil jarahan dan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN?”

Tuhan memberikan akal budi, supaya kita dapat mengerti perintah Tuhan, bukan untuk kita, memilih-pilih perintah Tuhan. @budihidajat88

Amsal 3:5–6 (TSI) Percayalah kepada TUHAN dengan sepenuh hatimu dan jangan mengandalkan pemikiranmu sendiri. (6) Mintalah kehendak-Nya dalam setiap langkah hidupmu, maka Dia akan menuntunmu ke jalan yang benar.

#3. Ketika kita lebih peduli pendapat orang daripada pendapat Tuhan.

1Sam.15:20 Lalu kata Saul kepada Samuel: “Aku memang mendengarkan suara TUHAN dan mengikuti jalan yang telah disuruh TUHAN kepadaku dan aku membawa Agag, raja orang Amalek, tetapi orang Amalek itu sendiri telah kutumpas. (21) Tetapi rakyat mengambil dari jarahan itu kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas itu, untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu, di Gilgal.”

Amsal 29:25 (FAYH) Takut terhadap manusia merupakan perangkap yang berbahaya, tetapi mempercayakan diri kepada Allah mendatangkan keselamatan.

(BIS) Takut akan pendapat orang, mengakibatkan kesusahan. Percayalah kepada TUHAN, maka engkau akan aman.

Seeking human approval over God’s will always leads to compromise and failure. || Mengejar persetujuan manusia lebih daripada kehendak Tuhan akan selalu membawa kepada kompromi dan kegagalan.

Dengan kata lain, salah satu kunci ketaatan kepada Tuhan adalah ketika kita lebih peduli apa pendapat Tuhan daripada pendapat orang-orang.

Jangan iri terhadap orang yang tidak taat, walaupun sepertinya mereka lebih beruntung. Tujuan Tuhan adalah pertumbuhan bukan kenyamanan.

Mazmur 37:1–2 Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau.

Tuhan tidak akan memberikan kepada kita apa yang manusia lihat sebagai “keberuntungan” tetapi Tuhan tahu itu tidak membawa kita semakin dekat dengan Tuhan.

Kalau kita sebagai orang Kristen berpikir jadi Kristen adalah tentang kenyamanan hidup, kita akan mengalami banyak kekecewaan.

“God is more interested in your character than your comfort. He is more interested in making your life holy than He is in making your life happy.”
— Rick Warren

1Sam.15:22 Tetapi jawab Samuel: “Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.

(NLT) Obedience is better than sacrifice.

The Hebrew word “shama”  שָׁמַע meaning “to hear with the intention to obey,” implies deep attentiveness to God’s heart. (keinginan yang kuat untuk kita mengerti dan menyenangkan hati Tuhan).

Jangan mencoba mendefinisikan ketaatan menurut versimu sendiri—karena ketaatan hanya punya satu makna: menaati firman Tuhan.

KETAATAN harus menjadi suatu NILAI dalam hidup kita dan komunitas kita diatas hal-hal lainnya. Dalam komunitas yang sehat, ketaatan memiliki nilai lebih tinggi dari kesuksesan.

Kalau PRIORITAS hidup kita jelas — menyenangkan hati Tuhan — maka KETAATAN, apa yang harus kita lakukan dan apa yang tidak perlu kita lakukan, akan lebih mudah kita tentukan.

Pada dasarnya orang mau taat selama menguntungkan, memberikan kenyamanan atau sesuai dengan keinginannya; tetapi kita dipanggil untuk taat walaupun tidak memberikan keuntungan, kenyamanan, dan kepuasan diri. Dengan kata lain, KETAATAN adalah sebuah KEPUTUSAN.

“Obedience is not a feeling — it’s a choice.”  Christine Caine

Ketaatan bukanlah perasaan—melainkan sebuah keputusan. 

1Sam.15:23 (BIS) Sebab membangkang terhadap TUHAN sama jahatnya seperti melakukan sihir, dan hati yang sombong sama jahatnya seperti menyembah dewa. Karena Baginda telah melawan perintah TUHAN, maka TUHAN pun tidak mengakui Baginda lagi sebagai raja.”

Di mata Tuhan, ketaatan bukan sekadar perbuatan, tetapi dimulai dari hati, sebab Tuhan lebih menginginkan hati kita daripada besarnya persembahan atau hebatnya pelayanan kita.

Sering kali, manusia mencoba menukar ketaatan dengan ritual agama, persembahan atau pelayanan, padahal semua yang kita lakukan tanpa ketaatan adalah hampa. Yang terjadi bukan ketaatan karena kasih, tetapi sebuah ketaatan yang transaksional.

Tuhan tidak mencari apa yang bisa kita lakukan, tetapi siapa yang mau sungguh-sungguh hidup dalam ketaatan. Karena bagi-Nya, ketaatan karena kasih tidak dapat digantikan dengan ritual keagamaan, persembahan atau pelayanan kita.

“Obedience is your responsibility. The outcome is God’s.”  Craig Groeschel

Ketaatan adalah tanggung jawabmu. Hasilnya adalah bagiannya Tuhan.

Ketaatan tidak berarti kesempurnaan, we are all a work in progress. Ketaatan adalah perjalanan iman: bertumbuh melalui proses demi proses yang Tuhan kerjakan — bagian kita adalah merespon dengan penyerahan diri (menjadi batu yang hidup yang mau dipahat, menjadi bejana yang mudah dibentuk, menjadi ranting yang mau di prunning) dengan mengandalkan kasih-karunia-Nya, merayakan setiap kemajuan, dan tidak menyerah karena kegagalan.

“Obedience isn’t about perfection. It’s about direction. Are we moving toward God, trusting Him step by step?”  Jennie Allen

Ketaatan bukan soal kesempurnaan, tetapi soal arah. Apakah kita sedang melangkah menuju Tuhan, mempercayai-Nya selangkah demi selangkah?

1Sam.15:24 Berkatalah Saul kepada Samuel: “Aku telah berdosa, sebab telah kulangkahi titah TUHAN dan perkataanmu; tetapi aku takut kepada rakyat, karena itu aku mengabulkan permintaan mereka. (25) Maka sekarang, ampunilah kiranya dosaku; kembalilah bersama-sama dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada TUHAN.” (26) Tetapi jawab Samuel kepada Saul: “Aku tidak akan kembali bersama-sama dengan engkau, sebab engkau telah menolak firman TUHAN; sebab itu TUHAN telah menolak engkau, sebagai raja atas Israel.”

1Sam.15:28 Kemudian berkatalah Samuel kepadanya: “TUHAN telah mengoyakkan dari padamu jabatan raja atas Israel pada hari ini dan telah memberikannya kepada orang lain yang lebih baik dari padamu.”

Alkitab menunjukkan bahwa setiap ketidaktaatan pasti ada konsekuensinya. 

Perasaan “lolos” dari konsekuensi seringkali menciptakan rasa aman yang palsu: setelah melakukan ketidaktaatan, kita merasa tidak terjadi apa-apa. Tidak ada petir dari langit, tidak ada kehancuran langsung, dan hidup tetap berjalan seperti biasa.  Kita mulai berpikir kalua kita bisa “lolos” dari satu peristiwa, kita akan ”lolos” juga pada kesempatan berikutnya.

Kita Tidak Pernah Tahu Ketidaktaatan Mana yang Akan Menghancurkan: satu ketidaktaatan dapat mengubah arah kehidupan kita.

Setiap tindakan ketidaktaatan memiliki potensi untuk membawa kehancuran. Kita tidak bisa memilih dosa mana yang “ringan” dan mana yang “berat”, karena semua ketidaktaatan adalah bentuk penolakan terhadap otoritas Allah. 

Saul kehilangan takhtanya karena satu tindakan ketidaktaatan yang menurutnya masuk akal. Musa kehilangan hak masuk ke Tanah Perjanjian karena satu tindakan tidak percaya. 

Kita tidak tahu ketidaktaatan mana yang akan membawa konsekuensi besar. Itu sebabnya jangan terbuai rasa aman yang palsu hanya karena kita tidak merasakan konsekuensi secara langsung dari ketidaktaatan yang kita lakukan. Jalan hidup yang paling aman bukanlah mencari tahu seberapa jauh kita bisa melanggar tanpa dihukum, tetapi menetapkan batasan yang tidak bisa dinegosiasikan.

Obedience is not restriction; it is protection.

Ketika Alkitab mengatakan obedience is better than sacrifice, bukan berarti Tuhan tidak mau korban, tetapi Dia menginginkan lebih dari apa yang kita bisa berikan atau lakukan, Dia menginginkan hati kita.

Obedience is the true sacrifice, because it costs us what matters most: our will.

Ketaatan adalah korban yang sejati, karena itu menuntut hal yang paling berharga dari kita: kehendak kita.

Jesus in Gethsemane: “Not My will, but Your will be done.”

Tinggalkan komentar