Apa yang dilakukan dalam One to One untuk pengembangan kepemimpinan?

Berikut adalah One-on-One Mentoring Method berbasis 5 Tingkatan Kepemimpinan dari John C. Maxwell, yang telah disesuaikan dengan konteks pemuridan dan pengembangan kepemimpinan iCare di IFGF Semarang. Metode ini membantu iCare Leader membimbing anggota atau core team-nya secara pribadi dan bertahap.

Tujuan: Membantu Coach dan iCare Leader membangun hubungan yang sehat, membentuk pemimpin baru, dan mendorong multiplikasi melalui percakapan One to one yang bermakna dan terarah.


Level 1: Position – “Saya seorang coach atau iCare Leader”

Mulai dari kesadaran bahwa Anda dipercayakan sebagai pemimpin, bukan hanya karena jabatan, tetapi untuk melayani. Establish identitasmu sebagai gembala dan pemurid.

Level pertama dalam kepemimpinan adalah posisi—jabatan yang diberikan sebagai tanda kepercayaan. Namun dalam perspektif Kerajaan Allah, jabatan bukanlah tentang otoritas untuk mengatur, melainkan kesempatan untuk melayani dan membimbing. Menjadi iCare Leader atau coach berarti menyadari bahwa Anda dipercaya Tuhan dan gereja untuk menjadi gembala, pembimbing, dan pemurid bagi orang lain.

Ini adalah langkah pertama dalam membangun relasi: menyatakan siapa Anda dan bagaimana Anda ingin hadir dalam kehidupan orang yang Anda layani.

Establish Identitas: “Saya Bukan Sekadar Pemimpin Pertemuan”

Jangan diasumsikan bahwa orang lain langsung mengerti siapa Anda dalam peran ini. Anda perlu mengkomunikasikan identitas dan hati Anda sebagai pemimpin secara jelas, supaya kehadiran Anda bukan dirasa seperti atasan, tapi sebagai mitra perjalanan iman.

Sampaikan dengan tulus: “Aku ada bukan hanya untuk pimpin pertemuan, tapi untuk jalan bareng kamu dalam iman dan pertumbuhan.”
“Kalau kamu butuh teman bicara, doa, atau bimbingan—aku di sini untuk itu.”

Dengan cara ini, Anda membuka ruang relasi yang tidak mengintimidasi, tetapi mengundang orang untuk terbuka dan bertumbuh bersama.

Peran Ganda: Gembala dan Pemurid

Sebagai iCare Leader, Anda memegang dua identitas penting:

  1. Gembala (Poimaino): Orang yang hadir, peduli, dan membangun rasa keluarga.
  2. Pemurid (Mathetes Maker): Orang yang menuntun dalam pertumbuhan rohani, memberi teladan, dan memfasilitasi transformasi.

Posisi ini bukan soal “punya jabatan”, tetapi soal menghidupi panggilan untuk mendampingi dan menggandakan.

Tujuan Utama pada Level 1:

  1. Menetapkan Kejelasan Peran
    Bantu mereka mengerti bahwa Anda adalah pemimpin yang bisa diandalkan, bukan hanya koordinator program.
  2. Membangun Kepercayaan Awal
    Orang akan membuka diri bukan karena Anda punya jabatan, tapi karena Anda menunjukkan bahwa Anda peduli.
  3. Menciptakan Rasa Aman
    Ketika mereka tahu siapa Anda dan maksud Anda, mereka akan lebih siap untuk menjalin hubungan rohani yang sehat.

Aplikasi Praktis:

  • Di awal one-on-one pertama, beri waktu untuk menyatakan niat hati Anda sebagai coach atau pemimpin rohani.
  • Gunakan bahasa yang hangat, tidak formal berlebihan, dan sesuai dengan kedekatan relasi.
  • Tanyakan: “Pernah nggak ada seseorang yang benar-benar jalan bareng kamu dalam pertumbuhan rohani? Aku rindu jadi bagian dari perjalanan itu.”

Posisi hanyalah awal. Tapi ketika posisi digunakan untuk mengundang, melayani, dan membimbing, maka Anda tidak hanya menjadi pemimpin yang ditunjuk—Anda menjadi pemimpin yang diterima. Dari sinilah, perjalanan pemuridan dimulai.


Level 2: Permission – “Saya peduli padamu”

Fokus: Bangun Hubungan dan Kepercayaan

Setelah identitas Anda sebagai pemimpin rohani diteguhkan (Level 1: Position), langkah berikutnya adalah membangun relasi yang sehat dan saling percaya. Di level ini, kepemimpinan Anda tidak lagi hanya karena jabatan, tapi karena orang lain mengizinkan Anda masuk ke dalam kehidupan mereka. Anda telah diberi akses hati, dan ini adalah fondasi dari pemuridan yang sejati.

“People don’t care how much you know until they know how much you care.”
— John Maxwell

Kekuatan Pertanyaan yang Tulus

Gunakan pertanyaan sederhana namun dalam, bukan hanya untuk basa-basi, tetapi sebagai pintu menuju koneksi emosional dan rohani.

  • “How are you, really?”
    → Ini lebih dari “apa kabar?”—ini mengundang kejujuran dan kedalaman.
  • Apa kabar hati dan hidupmu akhir-akhir ini?”
    → Fokus bukan hanya pada aktivitas, tapi pada kondisi batin dan perjalanan hidup mereka.

Tips:

  • Tanyakan dengan kontak mata dan nada yang hangat.
  • Jangan buru-buru isi kekosongan—beri waktu untuk mereka berpikir dan menjawab dengan jujur.
  • Dengarkan dengan hati, bukan hanya dengan telinga.

Aksi Nyata: Hadir Sebagai Teman, Bukan Supervisor

iCare Leader di level ini menggeser peran dari pengarah menjadi pendamping. Hubungan tidak lagi fungsional (berbasis tugas), tetapi relasional dan spiritual.

✅ Tindakan praktis:

  • Luangkan waktu khusus untuk ngobrol tanpa agenda pelayanan—hanya ingin tahu kabar mereka.
  • Rayakan hal-hal kecil: kelulusan, pencapaian sederhana, ulang tahun, kesembuhan, keberhasilan rohani.
  • Tawarkan doa, bukan solusi cepat:
    “Boleh aku doakan?” jauh lebih kuat daripada, “Kamu harusnya begini…”
  • Hormati kerahasiaan—apa yang dibagikan secara pribadi, tetap dijaga dengan hormat.

Roma 12:15 – “Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis.”

Tujuan Utama pada Level 2: Trust dan Kedekatan

  1. Membangun Trust
    Orang hanya akan terbuka sejauh mereka merasa aman. Rasa percaya tidak bisa dipaksa, hanya bisa ditumbuhkan melalui konsistensi dan ketulusan.
  2. Mengubah Relasi dari Tugas ke Hati
    One-on-one bukan tempat laporan atau evaluasi kinerja, tetapi tempat untuk curhat rohani dan pemulihan batin.
  3. Menjadi Pemimpin yang Dipercaya, Bukan Ditakuti
    Di IFGF, kita membangun pemuridan bukan lewat kontrol, tapi lewat kasih dan kehadiran yang konsisten.

Level ini adalah jembatan emas dalam pemuridan: ketika seseorang mulai mengizinkan Anda masuk ke wilayah yang lebih dalam dalam hidup mereka. Jangan buru-buru “melatih” atau “mengubah”—hadir dulu, dengar dulu, sayangi dulu. Dari sinilah kepercayaan tumbuh, dan dari kepercayaan, pengaruh rohani mulai terbentuk.

“Discipleship is not built on authority, but on authenticity.”


Level 3: Production – “Mari kita hasilkan buah bersama”

Fokus: Bantu Mereka Berhasil dalam Tanggung Jawab Mereka

Di tahap ini, hubungan sudah dibangun dan kepercayaan sudah terbentuk (Level 1: Position, Level 2: Permission). Maka sekarang saatnya masuk ke dimensi produktivitas—membantu mereka berbuah dalam pelayanan, tanggung jawab, dan peran yang sedang mereka jalani (dalam keluarga dan pekerjaan dan pelayanan).

Pemuridan yang sehat bukan hanya soal menginspirasi, tapi juga membekali dan memampukan. Pemimpin iCare di level ini tidak hanya menjadi pendengar, tetapi menjadi partner pertumbuhan dan pendorong keberhasilan nyata.

Pertanyaan Kunci: Mengarah ke Tanggung Jawab dan Kemajuan

✅ “Tanggung jawab atau peran apa yang sedang kamu pegang sekarang?”
→ Memetakan komitmen mereka saat ini, baik sebagai anggota core team, pemimpin acara, admin, fasilitator, atau calon iCare Leader.

✅ “Apa yang bisa aku lakukan untuk menolong kamu berhasil di area itu?”
→ Menawarkan bantuan nyata, bukan saran teoritis. Fokus pada kolaborasi.

✅ “Apa yang sedang menjadi tantangan terbesarmu?”
→ Mengungkap hambatan yang bisa diatasi bersama.

Aksi Nyata: Dampingi dan Dukung Secara Strategis

Berikan dukungan nyata dan relevan untuk membantu mereka berkembang:

  • Bantu persiapan bahan atau rundown iCare jika mereka sedang leading.
  • Latih public speaking, fasilitasi diskusi, atau bantu menyusun flow pertemuan.
  • Review kegiatan atau pelayanan bersama:
    “Apa yang jalan baik? Apa yang bisa diperbaiki?”
  • Tawarkan ide kreatif untuk mengatasi hambatan, seperti masalah komunikasi tim, ketidakhadiran, atau kejenuhan.
  • Dorong rasa percaya diri:
    “Apa yang kamu lakukan minggu lalu berdampak lebih besar dari yang kamu kira.”

Filipi 2:4 – “Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.”

Tujuan: Bertumbuh Bersama dalam Buah dan Dampak

  1. Membangun Kepercayaan Diri
    Ketika mereka berhasil, mereka makin yakin akan panggilan dan potensi mereka.
  2. Mendorong Tanggung Jawab yang Produktif
    Bukan hanya melakukan tugas, tetapi menghasilkan buah yang nyata dan bermakna.
  3. Mengembangkan Kapasitas Pelayanan
    Setiap tantangan adalah peluang pelatihan. Kita bantu mereka naik level, bukan hanya menyelesaikan tugas.
  4. Menumbuhkan Sukacita karena Kontribusi
    Orang akan bertahan dalam pelayanan jika mereka merasa berarti dan berdampak.

Pemuridan bukan tentang “saya di atas, kamu di bawah.” Tetapi “mari kita tumbuh dan berdampak bersama.” Sebagai Coach atau iCare Leader, Anda tidak hanya memperhatikan hati mereka, tetapi juga menolong mereka menghasilkan buah dalam dunia nyata—baik dalam pelayanan, karakter, maupun panggilan hidup mereka.

“Pemuridan sejati bukan hanya membentuk hati yang lembut, tapi tangan yang bekerja dan hidup yang berdampak.”


Level 4: People Development – “Saya mau menolong kamu menjadi pemimpin dan mengembangkan pemimpin di bawahmu”

Kepemimpinan sejati bukan hanya tentang bagaimana kita memimpin orang, tapi bagaimana kita membentuk orang lain untuk memimpin juga. Di tahap ini, Anda tidak hanya membina seorang pelayan atau core team, tetapi Anda sedang melatih seorang pelatihpemimpin yang akan mereproduksi pemimpin lain.

“You don’t grow a church by gathering followers. You grow it by multiplying leaders.”

Gunakan pertanyaan-pertanyaan ini dalam sesi one-on-one Anda untuk membantu mereka berpikir secara strategis:

✅ “Bagian apa dalam hidup atau karakter yang sedang kamu kembangkan sekarang?”
→ Fokus pada pertumbuhan pribadi dan kedewasaan rohani mereka.

✅ “Siapa saja yang sedang kamu groom jadi pemimpin baru?”
→ Dorong kesadaran bahwa mereka tidak boleh melayani sendiri. Tugas mereka adalah menduplikasi diri dalam orang lain.

✅ “Apa tantangan kamu dalam proses itu?”
→ Identifikasi hambatan: apakah karena orang yang digroom belum siap, kurang percaya diri, tidak tahu langkahnya?

✅ “Bagaimana saya bisa bantu?”
→ Tawarkan dukungan nyata: bantu mentoring, jadi pendengar, atau fasilitasi pertemuan dengan calon pemimpin tersebut.

Aksi: Fasilitasi Pertumbuhan dan Multiplikasi secara Praktis

Sebagai mentor, bantu mereka dengan langkah-langkah strategis berikut:

✅ Buat Growth Plan Pribadi

  • Bantu mereka memilih satu area pertumbuhan: misalnya, konsistensi rohani, kepemimpinan tim, komunikasi, atau pengelolaan waktu.
  • Buat langkah konkret: jadwal baca Alkitab, latihan memimpin, target mentoring.

✅ Buat Rencana Multiplikasi untuk Orang yang Mereka Mentoring

  • Identifikasi siapa yang sedang mereka latih atau dekati sebagai calon pemimpin.
  • Tentukan langkah praktis: beri tanggung jawab kecil, ajak ikut meeting, mulai evaluasi bareng.

✅ Rekomendasikan Resources

  • Sesuaikan dengan area yang sedang dibangun:
    • Buku: Developing the Leader Within You – John Maxwell, Emotionally Healthy Spirituality – Peter Scazzero
    • Podcast: Craig Groeschel Leadership PodcastIFGF Discipleship Talks
    • Ayat dan devosi yang relevan.

✅ Ajak Mereka Ikut Discipleship Journey (Come – Grow – Serve – Lead)

  • Pastikan mereka mengikuti jalur pertumbuhan IFGF dan mulai mengajak orang lain juga ikut dalam journey yang sama.

✅ Beri Umpan Balik dan Dorongan Teratur

  • Bukan hanya koreksi, tapi validasi dan dorongan:
    “Aku lihat kamu sedang bertumbuh jadi pemimpin yang bisa dipercayakan lebih.”

🔹 Tujuan: Multiplikasi Pemimpin

Visi akhirnya adalah pemuridan yang berbuah pada multiplikasi—bukan sekadar banyak anggota, tapi banyak pemimpin yang siap melayani dan menggembalakan.

  1. Mendorong pemimpin untuk membangun generasi berikutnya.
  2. Menciptakan budaya reproduksi, bukan hanya eksekusi.
  3. Mengalirkan pengaruh kepemimpinan yang terus berkembang.

Lukas 6:40 – “Seorang murid tidak lebih daripada gurunya, tetapi setiap orang yang telah tamat pelatihannya akan sama dengan gurunya.”

Saat Anda memimpin seseorang untuk menjadi pemimpin baru, dan membantunya menggroom pemimpin lain, Anda tidak hanya sedang memuridkan—Anda sedang membangun ekosistem multiplikasi rohani. Di sinilah gereja bertumbuh bukan karena program, tapi karena orang biasa membangkitkan orang lain menjadi luar biasa.

“Pemuridan sejati bukan berhenti saat seseorang bertumbuh, tapi saat ia mulai menumbuhkan orang lain.”


Penutup

One-on-one bukan sekadar rutinitas mentoring, tapi ruang kudus untuk menggembalakan dan memuridkan secara personal. Dengan memakai lima tingkatan kepemimpinan ini sebagai panduan, iCare Leader dapat membangun hubungan yang dalam, pembinaan yang jelas, dan multiplikasi yang nyata—semua untuk kemuliaan Tuhan dan pertumbuhan Gereja-Nya.

“Yang penting bukan berapa banyak pengikut, tetapi berapa banyak pemimpin. Bentuk satu orang dengan sungguh-sungguh. Itu adalah awal dari multiplikasi Kerajaan.”
IFGF Semarang Leadership Principle


Tinggalkan komentar