Kepemimpinan yang Sehat Dimulai dari Rumah

Yakobus 3:5 – “Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar.”
Sebagai pemimpin, standar kita lebih tinggi karena perkataan kita mempengaruhi banyak orang. Kita tidak hanya membangun dengan firman, tapi juga dengan teladan hidup.

1 Timotius 3:4–5 – “Seorang penilik jemaat harus pandai memimpin keluarganya sendiri dengan baik… sebab kalau seseorang tidak tahu memimpin keluarganya sendiri, bagaimana ia dapat mengurus jemaat Allah?”


1. Kepemimpinan Dimulai dari keberhasilan dalam kehidupan pribadi

“You always have two options: preparing or repairing.”

Dalam pelayanan, kita bisa hidup proaktif (membangun dan menyiapkan), atau reaktif (memperbaiki terus karena tidak ada fondasi). Pemimpin yang tidak menjaga rumah tangganya akan sibuk memperbaiki hal-hal yang seharusnya bisa dicegah.

Matius 16:26“Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?”

  • Apa gunanya sukses di luar rumah tapi gagal di rumah
  • Kadang lebih enak di luar rumah, orang menghargai kita, daripada mengerjakan homework di rumah 
  • Pelayanan tidak boleh jadi pelarian.

2. Hadiah Terbesar untuk Jemaatmu Adalah Pernikahan yang Sehat

“Pelayananmu hanya sekuat pernikahanmu.”

Kualitas hubungan pernikahan kita menular pada gereja. Jika mereka tidak melihat pernikahan kita sebagai sesuatu yang indah, mereka akan meremehkan institusi pernikahan itu sendiri.

Efesus 5:25 – “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.”

  • Blueprint relasi Kristus dan Jemaat adalah pernikahan.
  • Kalau hubungan itu rusak, maka gambaran Injil pun menjadi kabur bagi anak-anak dan jemaat kita.

Aplikasi: Apakah saya sedang memberi gambaran yang sehat tentang kasih Kristus lewat pernikahan saya?


3. Keintiman Tidak Terjadi Secara Otomatis—Harus Disengaja

“Membangun keintiman harus disengaja.”

Keintiman dalam rumah tangga seperti taman: jika tidak dipelihara, akan penuh semak.

  • Waktu, perhatian, dan komunikasi adalah tiga bahan utama untuk membangun kedekatan yang sejati.
  • Jangan biarkan pelayanan membuat kita mengabaikan rumah. Pelayanan bukan pelarian.

Efesus 6:4 – “Jangan bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu…”

Renungan: Apakah saya terlalu sibuk di luar sehingga membiarkan luka dan kemarahan tumbuh di rumah?


4. Tugas Orang Tua: Memperkenalkan Siapa Allah Itu kepada Anak-Anak

Anak-anak perlu melihat Allah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pernikahan dan pola asuh kita, kita memperkenalkan:

  1. Kasih Allah (compassion)
  2. Kuasa Allah (mujizat)
  3. Otoritas Allah (ketaatan dan disiplin)
  4. Pemeliharaan Allah (percaya Tuhan sanggup mencukupi)

Matius 6:24 – “Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”
Yesus mengajar murid-murid-Nya untuk percaya bahwa Tuhan mampu menyediakan—seperti roti untuk 5000 orang.

Aplikasi: Apakah saya sedang menjadi teladan kepercayaan kepada Tuhan atau justru mengajar mereka bergantung pada kekuatan manusia?


5. Belajar Berkata “Tidak” untuk Menjaga Prioritas

Pertumbuhan pelayanan adalah berkat, namun sering kali disertai dengan peningkatan permintaan, ekspektasi, dan tekanan. Dalam situasi seperti ini, pemimpin rohani sering tergoda untuk menyenangkan semua orang—mengiyakan setiap undangan, menanggapi setiap masalah, dan memenuhi setiap permintaan.

Namun, belajar berkata “tidak” bukanlah tanda kelemahan, melainkan bukti kedewasaan rohani dan kepemimpinan yang sehat. Seperti Yesus sendiri yang tidak memenuhi semua permintaan orang banyak, kita pun perlu memiliki keberanian untuk menolak hal-hal yang tidak sejalan dengan mandat utama atau yang bisa merusak prioritas yang Tuhan telah tetapkan.

  • Semakin besar pelayanan, semakin besar godaan untuk menyenangkan semua orang.
  • Tapi kadang berkata “tidak” adalah tanda kasih dan tanggung jawab.

Renungan: Apakah saya cukup berani menjaga batas demi menjaga keutuhan rumah?


Penutup: Jangan Menukar Rumah dengan Mimbar

“Lebih mudah dihargai di luar rumah daripada membangun rumah yang sehat. Tapi pelayanan tidak boleh jadi pelarian.”

Deklarasi Pemimpin yang Sehat:

“Saya menolak menjadi pemimpin yang sukses di gereja tapi gagal di rumah. Saya memilih membangun rumah saya, sebab dari sanalah kekuatan pelayanan saya mengalir.”


Tinggalkan komentar