1 Samuel 23:9–12. “Ketika Daud mengetahui bahwa Saul berniat jahat terhadap dia, berkatalah ia kepada imam Abyatar: ‘Bawalah efod itu kemari.’ Lalu Daud bertanya kepada TUHAN: ‘Ya TUHAN, Allah Israel, hambamu telah mendengar kabar bahwa Saul berikhtiar datang ke Kehila untuk memusnahkan kota itu oleh karena aku. Apakah orang-orang Kehila akan menyerahkan aku ke tangannya? Apakah Saul akan datang seperti yang kudengar itu? Ya TUHAN, Allah Israel, beritahukanlah kiranya kepada hambamu.’ Maka berfirmanlah TUHAN: ‘Ia akan datang.’” Kemudian bertanyalah Daud: “Akan diserahkan oleh warga-warga kota Kehila itukah aku dengan orang-orangku ke dalam tangan Saul?” Firman TUHAN: “Akan mereka serahkan.”
1Sam.23:13 Lalu bersiaplah Daud dan orang-orangnya, kira-kira enam ratus orang banyaknya, mereka keluar dari Kehila dan pergi ke mana saja mereka dapat pergi. Apabila kepada Saul diberitahukan, bahwa Daud telah meluputkan diri dari Kehila, maka tidak jadilah ia maju berperang.
Even in moments of crisis, God still speaks — and our ability to hear and understand makes all the difference.
God has not stopped speaking; we’ve simply lost the clarity to listen.
Dalam dunia modern yang begitu bising—penuh distraksi media, tekanan ekspektasi, dan ledakan emosi—kemampuan berpikir jernih menentukan arah hidup dan kualitas keputusan kita.
Kecerdasan dan kemampuanintelektual yang selama inimenjadi andalan manusia tidaklagi cukup untuk membedakankebenaran dari kepalsuan, menilai dengan hikmat, dan memilih sesuai kehendak Allah.
Pikiran yang kabur akan membawa kita tersesat; pikiran yang jernih akan menuntun kita berjalan dalam kehendak Tuhan.
Ancaman terbesar bagi kejernihan berpikir bukan datang dari luar, tetapi dari dalam: fear, greed, dan pride — ketakutan, keserakahan, dan kesombongan.
“Fear enslaves us to what might happen, greed enslaves us to what we want to happen, and pride blinds us to what is actually happening.”
Ketakutan memperbudak kita pada apa yang mungkin terjadi, keserakahan memperbudak kita pada apa yang kita ingin terjadi, dan kesombongan membutakan kita dari apa yang sebenarnya sedang terjadi.
1. FEAR OVERPOWERS FAITH
Fear clouds the mind; makes us forget who is in control.
“Ketakutan membuat kita bereaksi, bukan merespons. Bereaksi membuat kita dikuasai emosi dan kepanikan, sedangkan merespons menuntun kita bertindak dengan iman dan hikmat.”
“Ketakutan memperbudak kita kepada bayangan kemungkinan terburuk, hingga kita lupa bahwa Tuhan pegang kendali.”
2Tim.1:7 (NKJV) “For God has not given us a spirit of fear, but of power and of love and of a sound mind.”
Paul writes this verse to Timothy, his young protégé in ministry, who was facing intimidation, persecution, and internal insecurity as he led the church in Ephesus. Paul’s aim is to remind Timothy that timidity and fear are not from God, and to rekindle the spiritual courage that comes from the Holy Spirit.
Fear (δειλία — deilía) : shrinks back under pressure, moral cowardice that avoids doing what is right because of potential suffering or opposition.
Sound Mind (σωφρονισμός — sōphronismós): discipline of thought and action; sound judgment; self-control born from inner balance.
- It refers to the capacity to think clearly, judge wisely, and act rightly, especially under pressure.
- If fear confuses, then sound mind clarifies.
The verse contrasts two “spirits”:
- One not from God: the spirit of fear or cowardice.
- One from God: a spirit characterized by power, love, and a sound mind (or self-control).
“Fear and faith cannot rule the same space — for when fear is tolerated, faith becomes contaminated.”
“Ketakutan dan iman tidak dapat berkuasa dalam ruang yang sama — sebab ketika ketakutan ditoleransi, iman mulai tercemar.”
Dalam Bilangan 13:33. Sepuluh pengintai melihat diri mereka “seperti belalang” di hadapan orang Enak. Padahal Tuhan sudah berjanji akan memberikan tanah itu. Ketakutan mengubah identitas mereka sebelum mereka kalah di medan perang. Mereka bukan dikalahkan oleh raksasa di tanah Kanaan, tetapi oleh raksasa dalam pikiran mereka sendiri.
“Fear is not just the absence of courage—it’s the absence of faith.”
Faith over fear
Jangan ijinkan bayangan kemungkinan terburuk mengalahkan keyakinan kita bahwa Tuhan ada bersama kita bahkan di lembah yang terdalam.
1Sam.23:14 Maka Daud tinggal di padang gurun, di tempat-tempat perlindungan. Ia tinggal di pegunungan, di padang gurun Zif. Dan selama waktu itu Saul mencari dia, tetapi Allah tidak menyerahkan dia ke dalam tangannya.
David was relentlessly pursued by King Saul, yet at the crucial moment, God provided an unexpected escape. The place was named “Sela Hammahlekoth”, which means “The Rock of Escape.”
1Sam.23
• Verses 16-18: Jonathan, Saul’s son and David’s close friend, strengthens him with God’s promises, reminding him that he will be king one day.
| 1Sam.23:15 Daud takut, karena Saul telah keluar dengan maksud mencabut nyawanya. Ketika Daud ada di padang gurun Zif di Koresa, (16) maka bersiaplah Yonatan, anak Saul, lalu pergi kepada Daud di Koresa. Ia menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah. |
• Verses 19-27: As Saul is closing in on David, the Ziphites inform Saul of David’s location. Just when Saul is about to capture him, a messenger arrives informing Saul that the Philistines are attacking Israel. Saul is forced to abandon his chase.
1Sam.23:25 Ketika Saul dengan orang-orangnya pergi mencari Daud, diberitahukanlah hal itu kepada Daud, lalu pergilah ia ke gunung batu dan tinggal di padang gurun Maon. Saul mendengar hal itu, lalu mengejar Daud di padang gurun Maon; (26) Saul berjalan dari sisi gunung sebelah sini dan Daud dengan orang-orangnya dari sisi gunung sebelah sana. Daud cepat-cepat mengelakkan Saul; tetapi Saul dengan orang-orangnya sudah hampir mengepung Daud serta orang-orangnya untuk menangkap mereka, (27) ketika seorang suruhan datang kepada Saul dengan pesan: “Segeralah undur, sebab orang Filistin telah menyerbu negeri.”
1Sam.23:28 Maka berhentilah Saul mengejar Daud dan pergi menghadapi orang Filistin. Itulah sebabnya orang menyebut tempat itu: Gunung Batu Keluputan.
The place was named “Sela Hammahlekoth”, which means “The Rock of Escape.”
2 Samuel 22:3 / Psalm 18:2 “The Lord is my rock, my fortress and my deliverer; my God is my rock, in whom I take refuge, my shield and the horn of my salvation, my stronghold.”
Ketakutan menjadi sebuah ‘ketakutan’ karena memberikan bayangan terburuk dan itu di luar kendali kita. “Faith mengalahkan ketakutan dengan memberikan kendali kepada kita yaitu untuk percaya pada Tuhan yang ada di sana dan janji-Nya.
“Ketakutan menjadi ketakutan” karena ia melukis bayangan terburuk tentang masa depan—hal-hal yang berada di luar kendali kita. Ia memperbesar yang tidak pasti dan mengecilkan kehadiran Allah.
Sebaliknya, iman mengalahkan ketakutan bukan dengan menghapus semua ancaman, melainkan dengan memberikan kembali kendali kepada kita—yaitu untuk percaya kepada Tuhan yang hadir di sana dan kepada janji-Nya yang teguh.
Di situlah terjadi transfer of trust: perpindahan kepercayaan dari ketakutan yang liar kepada Pribadi dan janji Allah yang kokoh.
Dengan demikian, kita mengambil kendali atas satu-satunya hal yang benar-benar bisa kita kendalikan — di mana kita menaruh pengharapan kita.
Kekuatan ketakutan terletak pada ketidakpastian.
Tetapi iman mengalahkan ketakutan dengan memberikan kepastian — yaitu kepada siapa kita menaruh kepercayaan tentang masa depan kita.
2. GREED DISTORTS DISCERNMENT
Greed blinds the heart; we lose the ability to choose what is right.
Keserakahan bukan hanya keinginan memiliki lebih, tetapi sikap hati yang menempatkan keuntungan di atas kebenaran, dan materi di atas moralitas.
Keserakahan merusak kemampuan kita menimbang dengan benar sebelum mengambil keputusan — karena ia menggeser fokus dari “apa yang benar” menjadi “apa yang menguntungkan.”
Yehezkiel 33:31 Mereka datang kepadamu seperti rakyat datang beramai-ramai, dan mereka duduk di hadapanmu sebagai umat-Ku. Mereka mendengar apa yang kauucapkan, tetapi mereka tidak melakukannya. Sebab mulut mereka penuh dengan kata-kata cinta kasih, tetapi hati mereka mengejar laba.
When gain means more than godliness, a person may hear God’s Word but still obey their desires.
1 Timotius 6:10 “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”
When love for money outgrows love for God, the heart loses its discernment.
Paulus menyebut cinta uang sebagai akardari berbagai kejahatan karena iamengalahkan kemampuan kita memilihmana yang benar dan mana yang tidakbenar
Hati yang telah dibutakan oleh keserakahan tak lagi bertanya, ‘Apakah ini berkenan di hadapan-Tuhan?’ tetapi, ‘Apa ini menguntungkan bagiku?'”
Dalam Matius 13:22, Yesus menggambarkan kekayaan dunia ini dapat “mencekik firman.”
| Mat.13:22 Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Keserakahan, seperti duri, tidak langsung membunuh, tetapi perlahan-lahan mencekik firman sampai suara Tuhan tidak lagi terdengar. |
Keserakahan menumpulkan kepekaan rohani dan membungkam suara hati nurani, hingga kita kehilangan kemampuan membedakan mana yang benar dan mana yang tidak.
Contoh paling tragis adalah Yudas Iskariot. Ia melihat mukjizat, mendengar pengajaran Yesus, dan memegang kas pelayanan—namun hatinya dikaburkan oleh cinta uang. Demi tiga puluh keping perak, ia mengkhianati Sang Juruselamat. Ia menukar kekekalan dengan keuntungan sesaat.
Lawan dari keserakahan bukan kelimpahan tapi rasa cukup. The antidote to greed is not abundance, but contentment.”
“Greed silences discernment; contentment awakens clarity.”
“Contentment is true freedom — for the content soul is not enslaved by ambition, but free to choose what is right before God.”
Ibr.13:5 Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.
3. PRIDE REJECTS CORRECTION
Pride hardens the heart; makes us deaf to wisdom and blind to truth.
Ams.16:18 Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.
(ERV) Pride is the first step toward destruction. Proud thoughts will lead you to defeat.
Kesombongan adalah musuh tersembunyi dari kejernihan pikiran. Ia menutup telinga terhadap nasihat, menolak koreksi, dan meyakinkan kita bahwa kita selalu paling benar.
Orang yang sombong tidak kehilangan kecerdasan—ia kehilangan kebijaksanaan.
- Kecerdasan bisa membuat seseorang cepat mengambil keputusan, tetapi tanpa kebijaksanaan, ia cepat mengambil keputusan yang salah.
Amsal 26:12 “Jika engkau melihat orang yang menganggap dirinya bijak, harapan bagi orang bebal lebih banyak daripada bagi orang itu.
Pride Hardens the Spirit
- Kesombongan bukan hanya mengaburkan pikiran — ia mengeraskan roh.
- Ketika hati menjadi keras, nasihat terasa seperti serangan, dan koreksi terdengar seperti penghinaan.
- Kita mulai menolak suara orang lain, bahkan suara Tuhan sendiri.
“Pride doesn’t silence God’s voice — it silences our ability to hear it.”
Yes.30:1 Celakalah anak-anakpemberontak, demikianlah firmanTUHAN, yang melaksanakan suaturancangan yang bukan dari pada-Ku, yang memasuki suatu persekutuan, yang bukan oleh dorongan Roh-Ku, sehingga dosa mereka bertambah-tambah, (2) yang berangkat ke Mesir dengan tidak meminta keputusan-Ku, untuk berlindung pada Firaun dan untuk berteduh di bawah naunganMesir. (3) Tetapi perlindungan Firaun akan memalukan kamu, dan perteduhan di bawah naungan Mesir akan menodai kamu.
Umat Yehuda pada masa itu berada dalam krisis. Asyur sedang menekan mereka, dan dengan panik mereka mencari bantuan ke Mesir — tanpa menanyakan keputusan Tuhan.
| Yes.30:8 Maka sekarang, pergilah, tulislah itu di depan mata mereka di suatu loh, dan cantumkanlah di suatu kitab, supaya itu menjadi kesaksian untuk waktu yang kemudian, sampai selama-lamanya. (9) Sebab mereka itu suatu bangsa pemberontak, anak-anak yang suka bohong anak-anak yang enggan mendengar akan pengajaran TUHAN; (10) yang mengatakan kepada para tukang tilik: “Jangan menilik,” dan kepada para pelihat: “Janganlah lihat bagi kami hal-hal yang benar, tetapi katakanlah kepada kami hal-hal yang manis, lihatlah bagi kami hal-hal yang semu, (11) menyisihlah dari jalan dan ambillah jalan lain, janganlah susahi kami dengan Yang Mahakudus, Allah Israel.” |
Yesaya 30 menunjukkan bahwa kesombongan rohani bukan hanya menolak Tuhan, tetapi menolak mendengar Tuhan.
Nabi Yesaya menegur keras: “Kalian membuat rancangan, tetapi bukan dari-Ku.”
Mereka mendengarkan ketakutan mereka sendiri, bukan suara Allah yang sudah berjanji melindungi.
- Seperti Yehuda, banyak orang hari ini mengambil keputusan penting tanpa meminta keputusan Tuhan: — memilih karier, pasangan, strategi pelayanan, atau kebijakan organisasi hanya berdasarkan logika dan pengalaman. Mereka berdoa bukan untuk mencari kehendak Tuhan, tetapi untuk meminta Tuhan menyetujui keputusan mereka.
“The moment we stop listening, we start drifting.”
Ketika kita berhenti mendengarkan, saat itulah kita mulai tersesat.
Penutup:
Kerendahan hati membuka jalan bagi hikmat, kesombongan menutup pikiran dari pengertian yang benar.
Amsal 11:2 “Jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh, tetapi hikmat ada pada orang yang rendah hati.”
“Ketakutan mengaburkan pikiran, keserakahan membutakan hati, dan kesombongan menutup jalan menuju hikmat.”
“Fear clouds the mind, greed blinds the heart, and pride shuts the door to wisdom.
Faith clears the mind, contentment opens the heart, and humility leads to wisdom.
Iman menjernihkan pikiran, rasa cukup membuka hati, dan kerendahan hati menuntun pada hikmat.