Sejak penciptaan, Allah tidak hanya memberi manusia mandat, tetapi juga resources. Mandat itu disebut dominion mandate (Kejadian 1:28): “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”
Perintah ini jelas: manusia dipanggil untuk menjadi wakil Tuhan mengelola semua potensi yang Tuhan sudah berikan dunia. Namun, mandat ini tidak pernah berdiri sendiri. Allah tidak mungkin memberi tugas tanpa menyediakan sarana.
Alkitab mengatakan bahwa segala sesuatu adalah milik Tuhan: “Kepunyaan TUHANlah bumi serta segala isinya, dunia serta yang diam di dalamnya.” (Mazmur 24:1). Di dalam ciptaan, Tuhan sudah menyediakan segalanya: tanah, air, energi, kreativitas, budaya, bahkan relasi. Semua itu adalah penyediaan Allah bagi kehidupan manusia dan harus dikelola oleh manusia sebagai mandat dari-Nya. Alkitab menyebut seluruh potensi ini sebagai “kekayaan bangsa-bangsa” (Yesaya 60:5; 61:6; Hagai 2:7).
Allah telah menaruh resources di dunia ini—tugas kita adalah melihatnya, menemukannya, dan memakainya bagi tujuan Kerajaan.
1. Tuhan memberikan mandat dan menyediakan sumber dayanya
Cara Allah menyediakan sering kali berbeda dari cara pikir kita. Kita kerap membayangkan penyediaan Allah seperti uang yang turun dari langit atau mujizat instan yang langsung lengkap. Padahal, pola Alkitab justru menunjukkan bahwa Allah biasanya menyediakan dalam bentuk benih atau potensi. Sejak awal penciptaan, Ia telah menyiapkan seluruh ciptaan sebagai sumber daya dan memberikan mandat kepada manusia untuk mengelola, memakmurkan, serta menundukkannya di bawah kehendak Allah (Kejadian 1:28).
- Tanah Kanaan dijanjikan sebagai negeri berlimpah susu dan madu—tetapi bangsa Israel tetap harus mengolah tanah itu, menanam, dan membangun (Ulangan 8:7–10).
- Mujizat roti dan ikan dimulai bukan dari roti surgawi, tetapi dari lima roti dan dua ikan seorang anak (Matius 14:17).
- Kerajaan Allah Yesus gambarkan seperti biji sesawi—kecil, tapi di dalamnya ada potensi besar (Matius 13:31–32).
Demikian juga ketika Yesus hendak memasuki Yerusalem. Ia tidak menciptakan kendaraan baru atau membeli kuda perang seperti raja dunia. Ia tahu ada seekor keledai di desa terdekat yang bisa dipakai.
“Kamu akan segera menemukan seekor keledai… lepaskanlah keledai itu dan bawalah kepada-Ku.” (Matius 21:2)
Inilah gambaran nyata bahwa resources itu sudah tersedia di dunia ini. Tuhan tidak selalu memberi dalam bentuk yang sempurna dan siap pakai, melainkan dalam bentuk benih, peluang, dan potensi yang harus kita lihat dan kelola secara kreatif. Alkitab menyebutnya “kekayaan bangsa-bangsa” (Yesaya 60:5; Hagai 2:7). Ini bukan hanya soal emas atau perak, tetapi juga budaya, kreativitas, teknologi, jaringan, dan kesempatan yang ada di sekitar kita. Semua itu milik Tuhan (Mazmur 24:1) dan disediakan agar umat-Nya dapat memakainya bagi pekerjaan Kerajaan.
Dengan demikian, tugas kita adalah menyadari bahwa dunia ini penuh dengan potensi yang siap dipakai bagi Tuhan—asal kita memiliki mata iman untuk melihatnya, hati seorang steward untuk menjaganya, dan kreativitas untuk mengembangkannya.
2. Stewardship: Panggilan Kreativitas
Yesus tidak menciptakan kendaraan baru ketika hendak memasuki Yerusalem. Ia tahu ada seekor keledai di kota itu dan menyuruh murid-murid-Nya untuk mengambilnya. Bagi orang banyak, keledai hanyalah hewan beban biasa, tetapi Yesus melihatnya sebagai kendaraan Kerajaan untuk menggenapi nubuat (Zakharia 9:9) dan menyatakan identitas-Nya sebagai Raja Damai.
Di sinilah kita melihat pola Allah: Tuhan menyediakan resources tidak selalu dalam bentuk yang siap pakai, melainkan dalam bentuk potensi dan kesempatan. Bagian dari panggilan kita sebagai steward adalah mampu mengenali “kekayaan yang masih tersembunyi”—resources yang mungkin tidak terlihat berharga bagi orang lain—namun sesungguhnya bisa diarahkan untuk tujuan Kerajaan.
Inilah yang Alkitab sebut sebagai kekayaan bangsa-bangsa (Yesaya 60:5; Hagai 2:7): bukan hanya emas, perak, atau materi, tetapi juga ide, kebudayaan, hubungan, teknologi, kreativitas, dan peluang yang Tuhan percayakan di bumi untuk akhirnya mengalir ke rumah Tuhan.
Kreativitas Kerajaan adalah bagian dari stewardship:
- Melihat potensi dan kesempatan yang orang lain belum lihat. Bukan hanya berfokus pada kekurangan, tetapi berani melihat kemungkinan yang tersembunyi.
- Memberikan nilai tambah pada suatu potensi. Sesuatu yang sederhana bisa menjadi bernilai tinggi ketika dikelola dengan bijak, memberi manfaat bukan hanya dalam bisnis tetapi juga bagi masyarakat.
- Menyambungkan resources dengan tujuan Allah yang lebih besar. Stewardship sejati bukan sekadar mengelola untuk keuntungan pribadi, tetapi mengarahkan hasilnya bagi misi Kerajaan Allah.
Dengan kata lain, stewardship adalah panggilan untuk berkreasi bersama Allah. Kita tidak hanya menjaga apa yang ada, tetapi mengembangkan, melipatgandakan, dan mengarahkan resources agar memberi dampak kekal.
Alkitab penuh dengan contoh orang-orang yang melihat potensi tersembunyi:
- Musa hanya memiliki tongkat, tetapi dipakai Allah untuk memimpin bangsa keluar dari Mesir (Keluaran 4:2–4).
- Daud hanya memiliki umban, tetapi mengalahkan Goliat (1 Samuel 17:40–50).
- Janda Sarfat hanya punya sedikit tepung dan minyak, tetapi menjadi saluran mujizat pemeliharaan (1 Raja-Raja 17:12–16).
- Anak kecil hanya punya lima roti dan dua ikan, tetapi Yesus memakainya untuk memberi makan lima ribu orang (Matius 14:17–21).
Prinsipnya sama: sering kali Tuhan menyediakan sumber daya dalam bentuk benih, kesempatan, atau potensi. Tugas kita adalah mengenali benih, melihat kesempatan, serta memanfaatkannya dan mengembangkan potensi itu sehingga menghasilkan nilai yang tinggi.
Aplikasi Praktis
- Dalam bisnis: Kreativitas berarti melihat peluang yang tidak dilihat orang lain. Bukan hanya mencari untung, tetapi memberi nilai tambah bagi masyarakat. Sebuah ide sederhana, ketika dikembangkan dengan visi Kerajaan, bisa melahirkan solusi besar.
- Dalam pelayanan: Kreativitas berarti tidak terpaku pada keterbatasan fasilitas. Ruang tamu bisa menjadi tempat ibadah, WhatsApp group bisa menjadi komunitas mentoring, konten sederhana bisa menjangkau ribuan jiwa.
- Dalam kepemimpinan: Kreativitas berarti melihat potensi dalam orang-orang yang dianggap biasa. Pemimpin sejati bukan sekadar mempertahankan sistem, tetapi menemukan “keledai-keledai” dalam tim yang bisa dipakai Tuhan untuk sesuatu yang lebih besar.
Dengan demikian, menjadi steward yang kreatif bukan hanya soal menjaga apa yang ada, melainkan mengembangkan, melipatgandakan, dan mengarahkan resources kepada tujuan Kerajaan Allah.
3. Dominion mandate: Otoritas untuk Memanfaatkan kekayaan bangsa-bangsa
Yesus tidak hanya menunjukkan bahwa resources sudah tersedia (keledai di desa), dan bahwa kita harus kreatif sebagai steward. Ia juga menegaskan bahwa kita diberikan otoritas untuk mengakses dan memanfaatkannya.
“Jika ada orang menegor kamu, katakanlah: Tuhan memerlukannya.” (Lukas 19:31)
Kalimat ini sederhana, namun sangat kuat. Ia bukan sekadar izin untuk meminjam, melainkan deklarasi otoritas Kerajaan. Yesus menunjukkan bahwa segala sesuatu pada akhirnya adalah milik Tuhan (Mazmur 24:1), sehingga apa pun dapat diarahkan bagi tujuan-Nya.
- Dominion Mandate: Allah memberi kita tugas untuk menaklukkan, mengelola, dan memakmurkan bumi (Kej. 1:28).
- Resources: Allah sudah menyediakan kekayaan bangsa-bangsa—dalam bentuk potensi, budaya, kreativitas, relasi, dan kesempatan (Yes. 60:5; Hag. 2:7).
- Otoritas: Allah memberi kita kuasa rohani untuk mengakses, memanfaatkan, dan mengarahkan semua itu bagi pekerjaan-Nya.
Dominion mandate adalah otoritas ilahi yang Allah berikan kepada manusia untuk memanfaatkan segala potensi dan kekayaan bangsa-bangsa—baik sumber daya alam, budaya, kreativitas, maupun kesempatan—sehingga tidak berhenti sebagai aset pasif, melainkan diolah menjadi nilai tambah yang nyata, membawa dampak positif bagi masyarakat, dan pada akhirnya diarahkan untuk menggenapi misi Kerajaan Allah di bumi.
Allah kita adalah Sang Pencipta (Creator). Segala ciptaan yang ada di dunia lahir dari kreativitas-Nya yang tanpa batas. Dan ketika manusia diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya (Kejadian 1:26–27), Ia menaruh dalam diri kita sebagian dari sifat ilahi itu—yakni kemampuan untuk berkreasi. Karena itu, dominion mandate bukan hanya mandat untuk “menguasai,” tetapi juga panggilan untuk mengembangkan. Tuhan sering menyediakan sumber daya bukan dalam bentuk yang langsung jadi, melainkan dalam bentuk benih, potensi, dan peluang. Mengapa? Karena Ia sudah memberikan kepada kita akal budi, imajinasi, dan kreativitas untuk mengolahnya sehingga menghasilkan nilai tambah. Dalam proses itulah kita mencerminkan gambar Allah, sebab kita ikut serta dalam karya penciptaan-Nya: mengubah yang mentah menjadi bermanfaat, yang sederhana menjadi bernilai, dan yang terbatas menjadi berlipat ganda.
Dengan demikian, resources sesungguhnya sudah tersedia di sekitar kita—meski seringkali masih tersembunyi dalam bentuk peluang, ide, atau potensi yang belum tergarap. Tugas kita sebagai steward adalah melatih mata rohani untuk melihat apa yang orang lain abaikan, memanfaatkan kesempatan yang ada dengan keberanian, serta memberikan nilai tambah melalui kreativitas yang Allah berikan. Itulah esensi dari dominion mandate: bukan sekadar menguasai, tetapi menata, mengembangkan, dan mengarahkan semua potensi itu agar berdampak bagi masyarakat dan berguna bagi misi Kerajaan Allah.
Melalui Dominion Mandate, Tuhan memberikan kita akses kepada kekayaan bangsa-bangsa—segala sumber daya, budaya, kreativitas, dan kesempatan yang ada di dunia ini—sehingga dengan kreativitas ilahi yang telah Ia tanamkan dalam diri kita sebagai gambar-Nya, potensi yang semula tersembunyi dapat dilipatgandakan nilainya. Inilah panggilan kita sebagai steward: melihat peluang yang tidak dilihat orang lain, mengolah benih menjadi buah, memberi nilai tambah pada apa yang sederhana, hingga akhirnya menjadikannya sebagai sumber daya yang nyata bagi masyarakat dan sekaligus dipakai untuk menggenapi misi Kerajaan Allah.
Jangan membatasi diri dengan apa yang kita tidak punya. Fokus pada kekurangan hanya akan membuat kita pasif dan kehilangan kesempatan. Prinsip Kerajaan Allah justru mengarahkan kita untuk bertanya: “Apa yang Tuhan sudah sediakan di sekitarku, dan bagaimana saya bisa menggunakannya serta memberi nilai tambah? Artinya, resources untuk menggenapi rencana Allah selalu ada di sekitar kita—meskipun seringkali tersembunyi dalam bentuk potensi, benih, atau kesempatan. Tugas kita sebagai steward adalah melatih mata iman untuk melihatnya, melangkah dengan keberanian untuk menggunakannya, dan mengembangkannya dengan kreativitas hingga memberi nilai tambah.
Aplikasi Praktis
- Dalam bisnis: gunakan otoritas rohani untuk melihat peluang yang orang lain abaikan. Tuhan memberikan akses dan otoritas (Ula.8:18) “Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian-Nya yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.” (Ulangan 8:18)
Ayat ini menegaskan bahwa kemampuan kita untuk menciptakan nilai ekonomi bukan semata hasil kecerdikan atau kerja keras manusia, tetapi anugerah dan otoritas ilahi. Tuhanlah yang memberikan “kekuatan” (koach dalam bahasa Ibrani, artinya kapasitas, daya, atau potensi kreatif) untuk memperoleh kekayaan. Itu berarti Allah memberi kita akses dan kapasitas rohani untuk menemukan peluang yang tersembunyi, membuka jalan di tengah keterbatasan, dan mengembangkan potensi menjadi sumber daya bernilai tinggi. - Dalam pelayanan: otoritas berarti berani melangkah—meminta izin memakai gedung, mengusulkan kerjasama, atau mengakses platform digital—dengan keyakinan bahwa “Tuhan memerlukannya.”
- Dalam kepemimpinan: otoritas berarti membimbing orang lain melihat bahwa talenta mereka bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk Kerajaan.
Dengan demikian, dominion mandate bukan hanya mandat untuk mengelola, tetapi juga otoritas untuk mengakses kekayaan bangsa-bangsa, mengembangkannya dengan kreativitas, dan mengarahkannya bagi misi Allah.
Closing:
Yesus mengingatkan kita lewat peristiwa keledai di Yerusalem bahwa resources itu sudah ada, tinggal dipakai. Seekor hewan sederhana menjadi kendaraan penggenapan nubuat karena Yesus melihat potensinya dan berani berkata: “Tuhan memerlukannya.” (Lukas 19:31)
Inilah inti dominion mandate: Allah sudah menyediakan kekayaan bangsa-bangsa; kita dipanggil menjadi steward yang kreatif untuk melihat potensi dan memberi nilai tambah; dan dengan otoritas dari Tuhan, kita mengaksesnya untuk pekerjaan Kerajaan.