Niat Baik, Tuhan Baik


Rom.8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.


Pendahuluan: Realita vs Pepatah

Ada pepatah mengatakan, “Niat baik, hasil baik.” Namun dalam kenyataan hidup, tak selalu demikian. Kita bisa memiliki niat tulus, motivasi murni, tetapi hasil yang kita alami bisa berupa penolakan, kegagalan, bahkan penderitaan. Seorang ibu bisa berniat baik mendidik anaknya dengan disiplin, tetapi anaknya bisa menolak dan malah menyalahkan. Seorang pemimpin bisa mengambil keputusan dengan niat tulus, tetapi justru ditolak dan disalahpahami. Maka pertanyaannya: Apakah kita tetap akan hidup dengan niat baik ketika hasilnya belum tentu baik?

Jawaban firman Tuhan: YA. Bukan karena hasil selalu baik, tetapi karena Tuhan selalu baik. Karena itu, sebagai orang Kristen, kita hidup bukan dengan logika dunia, tetapi dengan hikmat sorgawi:


1. Kita Tidak Bisa Mengukur Kebaikan Tuhan dengan Situasi Saat Ini

Ayat: 2 Korintus 4:17 – “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kita kemuliaan kekal…”

Kebaikan Tuhan bukan seperti cuaca — berubah-ubah mengikuti musim hidup kita. Cuaca bisa cerah hari ini dan badai esok hari. Tapi kebaikan Tuhan bukanlah suasana hati yang naik turun, melainkan bagian dari natur dan karakter-Nya yang kekal. Mazmur 100:5 berkata, “Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.” Artinya, kebaikan Tuhan tidak bergantung pada keadaan luar, tetapi merupakan bagian dari siapa Dia adanya.

Namun, saat kita menghadapi kenyataan hidup — masalah yang tidak adil, hasil yang tidak sesuai niat baik kita, atau orang yang salah paham terhadap kita — iman kita diuji. Kita mulai bertanya: “Kalau Tuhan baik, kenapa aku harus mengalami ini?”
“Kalau niatku tulus, kenapa hasilnya justru menyakitkan?”

Kita tergoda untuk mengukur kebaikan Tuhan berdasarkan satu momen atau satu musim — padahal hidup kita seperti sebuah buku, dan satu halaman tidak pernah cukup untuk memahami seluruh cerita.

Tapi kebenaran firman Tuhan berkata lain: Tuhan bukan hanya Allah dari titik, tapi Allah dari proses. Dia bukan hanya bekerja dalam satu peristiwa, tetapi menyusun rangkaian peristiwa dalam hidup kita untuk mendatangkan kebaikan yang lebih besar daripada yang bisa kita bayangkan.

Contoh yang luar biasa adalah Yusuf. Yusuf setia dalam rumah Potifar, melayani dengan integritas, tidak mencemari dirinya dengan istri Potifar. Namun hasilnya justru pahit: ia difitnah, dihukum, dan dibuang ke penjara. Dalam kacamata manusia, ini tidak adil. Dalam logika dunia, ini kegagalan. Tapi dalam rencana Tuhan, ini bagian dari proses ilahi menuju penggenapan janji.

Bertahun-tahun kemudian, ketika Yusuf akhirnya menjadi orang nomor dua di Mesir dan menyelamatkan bangsa-bangsa dari kelaparan, ia melihat gambaran besar itu. Ia berkata kepada saudara-saudaranya: “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan…” (Kejadian 50:20)

Ayat ini adalah bukti bahwa kebaikan Tuhan sering kali tidak bisa dilihat saat kita berada di tengah proses, tetapi akan nyata saat kita melihat ke belakang. Yusuf tidak mengerti saat dia dibuang, dijual, dipenjara. Tapi pada waktunya, Tuhan menyingkapkan bahwa semua itu bukan kebetulan, melainkan bagian dari rencana kebaikan-Nya.

Prinsip yang Bisa Dipegang:

Jangan mengukur kebaikan Tuhan dari satu bab dalam cerita hidupmu.
Jangan menarik kesimpulan kekal dari rasa sakit yang sementara.
Tuhan sedang bekerja — bahkan ketika kita tidak mengerti, bahkan ketika hasil belum terlihat.

“God is always doing 10,000 things in your life, and you may be aware of three of them.” — John Piper

Aplikasi:

Saat doa-doamu belum dijawab, saat pelayanan yang kamu kerjakan dengan tulus tidak langsung membuahkan hasil — jangan terburu-buru menyimpulkan bahwa Tuhan tidak peduli. Mungkin jumlah jemaat di kelompok kecilmu tidak bertambah. Mungkin orang-orang yang kamu layani belum berubah. Mungkin ucapan terima kasih pun tidak kamu dengar. Tapi itu tidak berarti Tuhan tidak sedang bekerja.

Ingat ini: kebaikan Tuhan tidak ditentukan oleh situasi, hasil, atau respon orang lain. Kebaikan Tuhan ditentukan oleh kasih setia-Nya yang tidak pernah berubah. Kita melayani bukan untuk mendapatkan hasil langsung, tetapi karena kita percaya bahwa Tuhan memakai setiap benih yang kita tabur — pada waktunya akan tumbuh dan berbuah.

“He who counts the stars and calls them by name is in no danger of forgetting His own children.”Charles Spurgeon

Contoh Nyata dalam Pelayanan:

  • Seorang pemimpin iCare mempersiapkan firman dan materi diskusi setiap minggu, mendoakan anggota satu per satu, menyediakan waktu untuk mendampingi yang sedang bergumul. Namun kadang hanya dua orang yang hadir. Kadang tidak ada feedback sama sekali. Tapi tahun demi tahun berlalu, dan beberapa anggota yang dulu pasif kini menjadi pemimpin iCare sendiri. Tuhan sedang bekerja — bukan di permukaan, tapi di akar.
  • Seorang pelayan anak datang lebih pagi setiap minggu, mendekorasi ruangan, mengajar dengan sukacita — meskipun sering merasa tidak dihargai, karena anak-anak belum bisa mengungkapkan betapa mereka diberkati. Tapi suatu hari, seorang anak kecil berkata, “Aku ingin jadi guru sekolah minggu seperti kakak, supaya bisa cerita tentang Tuhan.” Hati kecil itu menangkap kasih Kristus lewat kesetiaan pelayanan.
  • Seorang singer atau pemusik melayani minggu demi minggu tanpa banyak perhatian, terkadang dengan tim yang tidak kompak, atau peralatan seadanya. Tapi lewat nyanyian dan hadirat Tuhan, ada jemaat yang menerima kekuatan baru, bahkan tanpa disadari oleh tim pujian. Tuhan bekerja dalam diam, bukan hanya dalam sorak.

Langkah Praktis untuk Pelayan Tuhan:

  1. Layanilah bukan demi pujian manusia, tetapi karena hati yang percaya bahwa Tuhan melihat dan mencatat setiap kesetiaan.
  2. Bangun keintiman pribadi dengan Tuhan, agar motivasimu tetap murni — bukan demi hasil langsung, tetapi karena kasih kepada-Nya.
  3. Berdoalah: “Tuhan, tolong aku untuk setia walau hasil belum terlihat. Ajari aku untuk percaya proses-Mu lebih daripada pengakuan orang.”

“Success in ministry is not measured by visible results but by faithful obedience.”Oswald Chambers

Jangan ukur keberhasilan pelayananmu dari kehadiran, tepuk tangan, atau hasil instan.
Tuhan yang kamu layani tidak pernah lalai melihat niat dan kesetiaanmu.
Tetap berniat baik, tetap setia, karena Tuhan tetap baik — dan Ia sedang bekerja, bahkan ketika tidak terlihat.

“God is too good to be unkind, and He is too wise to be mistaken. And when we cannot trace His hand, we must trust His heart.” — Charles Spurgeon


2: Kebaikan Tuhan Tidak Selalu Sesuai dengan Ekspektasi Kita tentang Kebaikan

Yesaya 55:8-9 – Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.

Secara naluriah, manusia mendefinisikan “kebaikan” sebagai segala sesuatu yang menyenangkan dan menguntungkan:

  • tubuh yang sehat,
  • pekerjaan yang lancar,
  • keuangan yang mapan,
  • relasi yang harmonis,
  • atau pencapaian yang membanggakan.

Itulah sebabnya banyak orang Kristen berpikir, “Kalau Tuhan baik, maka hidupku harus selalu enak.” Tapi ini adalah definisi kebaikan dari perspektif manusia yang terbatas.

Dalam pandangan Tuhan, kebaikan sejati bukan sekadar kenyamanan, tetapi pembentukan karakter yang serupa dengan Kristus. Tuhan lebih tertarik menjadikan kita suci, bukan sekadar sukses; kuat dalam roh, bukan sekadar sehat di tubuh; rendah hati, bukan sekadar dihormati.

Dan kadang, satu-satunya jalan menuju kedewasaan rohani adalah melalui jalan penderitaan, proses, dan pengosongan diri.

“God is more committed to your holiness than your happiness.”
— Paul David Tripp

Kita bisa melihat hal ini jelas dalam kehidupan banyak tokoh Alkitab, tapi puncaknya terlihat dalam hidup Yesus sendiri. Di taman Getsemani, Yesus mengalami tekanan luar biasa. Ia tahu penderitaan besar menanti — salib, hinaan, pengkhianatan, dan kematian. Ia berdoa:

“Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku; tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” (Matius 26:39)

Ini adalah momen luar biasa: Yesus yang adalah Tuhan pun mengalami pergumulan manusiawi, tetapi Ia tunduk pada kehendak Bapa. Mengapa? Karena kebaikan sejati tidak ditemukan dalam menghindari penderitaan, tapi dalam ketaatan kepada kehendak Allah. Salib bukan hal yang “baik” menurut ukuran dunia — penuh penderitaan dan kehinaan. Tapi dalam rencana Allah, salib adalah puncak kebaikan ilahi, karena di sanalah keselamatan umat manusia digenapi.

“Kebaikan Tuhan tidak selalu terasa enak, tetapi selalu menghasilkan yang benar.” — Timothy Keller

Jadi, saat hidup tidak berjalan seperti yang kamu harapkan…
Saat pelayanan terasa berat, relasi jadi rumit, atau doamu belum dijawab…
Jangan buru-buru menganggap Tuhan tidak baik.
Mungkin itulah cara Tuhan membentukmu — bukan untuk membuatmu nyaman, tapi untuk membuatmu semakin mirip dengan Kristus.

“Tuhan tidak memanggil kita ke jalan yang mudah, tapi ke jalan yang menguduskan.” — John Piper

Tuhan punya definisi kebaikan yang lebih tinggi daripada yang kita bayangkan.
Bukan kenyamanan, tapi keserupaan dengan Kristus.
Dan karena itu, kebaikan-Nya bisa datang dalam bentuk proses yang sulit — tetapi selalu menuju pada hasil yang mulia.

Roma 8:29 — “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya…”

“The greatest good of the Christian life is not comfort but conformity to Christ.”
Tim Keller

Aplikasi:

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali mengaitkan kebaikan Tuhan dengan keadaan kita saat ini. Saat semua berjalan baik — keuangan stabil, keluarga harmonis, pelayanan berkembang — kita mudah berkata, “Tuhan itu baik.”Tapi bagaimana saat yang terjadi sebaliknya?

  • Saat usaha menurun dan penghasilan berkurang,
  • Saat keluarga mengalami konflik atau penyakit,
  • Saat pelayanan tampak mandek dan orang-orang mengecewakan,

apakah kita masih bisa berkata, “Tuhan itu baik”?

Di sinilah kita diuji: Apakah dasar iman kita adalah perasaan kita, atau kebenaran firman-Nya?

Perasaan bisa menipu. Hari ini kita semangat, besok kita putus asa. Tapi kebenaran firman Tuhan tidak pernah berubah. Mazmur 119:89 berkata, “Untuk selama-lamanya, ya TUHAN, firman-Mu tetap teguh di sorga.”

Kita perlu belajar melihat hidup ini bukan hanya dengan mata jasmani, tapi dengan mata iman.
Mata jasmani melihat realita yang tampak.
Mata iman melihat janji Tuhan yang kekal.
Mata jasmani melihat hal yang menyakitkan.
Mata iman melihat proses pembentukan .
Mata jasmani melihat kerugian.
Mata iman melihat karakter yang dibentuk.

“Faith is believing in advance what will only make sense in reverse.”
— Philip Yancey

Contoh dalam Kehidupan Pelayanan:

  • Seorang pelayan multimedia sudah mempersiapkan presentasi dan tayangan dengan maksimal, tapi saat ibadah berlangsung, listrik padam. Ia merasa gagal. Tapi setelah ibadah, seseorang datang berkata, “Saya terharu justru karena tidak ada layar—saya benar-benar menyadari pentingnya firman.”
    Kebaikan Tuhan tetap bekerja, bahkan ketika yang kamu rencanakan tidak terjadi.
  • Seorang pemimpin youth mengalami penolakan dari anak-anak remaja yang sulit diatur. Tapi ia terus hadir, konsisten, dan berdoa. Bertahun-tahun kemudian, beberapa dari anak-anak itu menjadi pemimpin generasi berikutnya.
    Mata jasmani tidak selalu melihat hasil instan, tapi mata iman melihat buah di masa depan.

2 Korintus 5:7 — “Sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat.”

Tuhan itu baik — bukan karena hidup ini selalu mudah, tapi karena kasih-Nya tidak pernah gagal.
Belajarlah berkata, “Aku percaya Engkau baik, bukan karena aku melihat hasilnya, tapi karena firman-Mu berkata demikian.”
Dan ketika kamu melihat dengan mata iman, kamu akan menemukan bahwa kebaikan Tuhan tidak selalu kelihatan, tetapi selalu nyata.


3: Dalam Jangka Pendek Kita Mungkin Tidak Melihat, Tapi Dalam Jangka Panjang Kebaikan Tuhan Akan Dinyatakan

Mazmur 27:13 – “Aku percaya akan melihat kebaikan Tuhan di negeri orang-orang hidup!”

Hidup tidak seperti microwave — instan dan langsung jadi. Kita hidup di zaman serba cepat: pesan instan, makanan instan, solusi instan. Maka tidak heran jika kita mulai berharap bahwa Tuhan pun bekerja dengan cara yang sama: cepat, langsung terlihat hasilnya, dan sesuai harapan kita.

Namun kenyataannya, Tuhan bukan Allah yang tergesa-gesa. Dia bekerja seperti slow cooker — perlahan, tapi menyatu, dalam, dan sempurna. Proses-Nya tidak selalu menyenangkan, tapi hasil akhirnya mengandung keindahan kekal yang tidak bisa dipercepat.

Tuhan bukan hanya tertarik pada apa yang kita capai, tetapi lebih dalam lagi, pada siapa kita sedang menjadi di tengah proses itu.

“God is not in a hurry. You are. That’s why you are tired. God is working on you slowly because what He is building is eternal.”
— Levi Lusko

Sering kali, kita tidak bisa melihat kebaikan Tuhan secara langsung di tengah proses. Justru saat kita menengok ke belakang — setelah waktu berlalu, luka-luka disembuhkan, dan karakter dibentuk — barulah kita berkata: “Ternyata Tuhan menyertai aku. Ternyata semua itu ada maksudnya.”

Karena itu, hikmat dari Tuhan mengajarkan kita untuk percaya lebih dulu, baru melihat. Dunia berkata, “Melihat dulu, baru percaya.” Tapi iman berkata, “Percaya dulu, dan kamu akan melihat kemuliaan Allah.”
Yesus sendiri berkata kepada Marta: “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?” (Yohanes 11:40)

  • Rut, seorang perempuan asing dari Moab, tidak tahu bahwa keputusannya untuk setia kepada mertuanya Naomi dan mengikuti Allah Israel akan membawanya kepada Boas, dan dari garis keturunannya akan lahir Raja Daud — dan bahkan Yesus, Sang Mesias.
    Ia tidak melihat hasil besar itu saat itu. Tapi kesetiaannya hari itu mengukir sejarah keselamatan.
  • Abraham juga tidak tahu bahwa saat ia menaati perintah Allah untuk mempersembahkan Ishak, tindakannya itu akan menjadi gambaran profetik tentang Bapa Surgawi yang mempersembahkan Anak-Nya sendiri. Abraham hanya tahu satu hal: “Tuhan menyuruh aku taat, dan aku percaya Dia baik.”

“The outcome of obedience is rarely visible immediately, but it is always worth it eternally.”

Bayangkan seorang petani yang menabur benih. Ia tidak bangun keesokan harinya dan langsung melihat panen. Ia menunggu — hari demi hari, musim demi musim. Ia percaya bahwa benih itu bekerja di bawah tanah, meski tidak terlihat. Demikian juga kebaikan Tuhan. Ia sering bekerja di balik layar, di dalam hati, di tengah tekanan — dan kelak akan muncul sebagai sesuatu yang lebih besar dari yang kita doakan.

Tuhan tidak pernah terburu-buru, karena hal-hal yang bernilai kekal tidak dibentuk secara instan.
Ketika kamu memilih setia hari ini — meski tidak melihat hasilnya sekarang — kamu sedang ikut serta dalam karya besar Tuhan yang akan dinyatakan pada waktunya.

Pengkhotbah 3:11 — “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya.”

“Never be afraid to trust an unknown future to a known God.”
Corrie ten Boom

Aplikasi:

Kita hidup di dunia yang dibentuk oleh kecepatan. Kita terbiasa dengan jawaban cepat, solusi instan, dan hasil langsung. Maka, saat Tuhan tidak menjawab doa sesuai jadwal kita, atau saat buah pelayanan dan kesetiaan kita belum tampak, kita merasa gelisah… bahkan putus asa.

Namun, kebaikan Tuhan tidak selalu datang di timeline kita. Dia bukan hanya Tuhan atas tujuan, tapi juga Tuhan atas proses. Dan dalam proses itulah — dalam penantian, dalam pengharapan, dalam ketekunan — Tuhan sedang membentuk kita dan menulis cerita-Nya.

“Don’t confuse God’s silence with His absence. He’s still working.”
— Rick Warren

Seperti seorang penulis yang dengan sabar menyusun plot demi plot cerita yang agung, Tuhan sedang menulis cerita besar dalam hidupmu. Mungkin saat ini kamu merasa sedang berada di bab yang sulit:

  • bab kehilangan,
  • bab kekecewaan,
  • bab kesendirian,
  • bab perjuangan.

Tapi ingat: bab yang sulit tidak berarti akhir cerita. Bahkan dalam novel terbaik, konflik justru menjadi panggung bagi klimaks dan kemenangan.

  • Seorang gembala komsel yang sudah bertahun-tahun melayani dengan konsisten, tapi belum melihat anggota bertumbuh secara signifikan. Jangan putus asa. Tuhan sedang bekerja — mungkin bukan dalam angka, tapi dalam kedalaman hati anggota.
  • Seorang pelayan mimbar yang mempersiapkan kotbah dengan sungguh-sungguh minggu demi minggu, namun tidak pernah mendapat pujian atau pengakuan. Bersabarlah. Firman yang ditabur tidak pernah kembali dengan sia-sia (Yesaya 55:11). Tuhan sedang menyentuh hati seseorang di antara jemaat — bahkan jika kamu tidak mengetahuinya.
  • Seorang pendoa syafaat yang sudah lama berdoa untuk pemulihan keluarga, atau pertobatan seseorang yang dikasihi. Meskipun belum terjadi, percayalah: Doa-doamu tidak lenyap. Mereka ditabung di surga dan akan dituangkan pada waktunya.

Langkah Praktis untuk Menghidupi Kesabaran dalam Iman:

  1. Berhentilah membandingkan perjalananmu dengan orang lain. Tuhan punya cerita yang unik bagi setiap anak-Nya.
  2. Lihat ke belakang dan ingat karya Tuhan di masa lalu. Itu akan menolongmu percaya bahwa Dia yang dulu setia, sekarang pun sedang bekerja.
  3. Bangun disiplin menanti dalam hadirat Tuhan. Sering kali Tuhan memakai masa penantian untuk memperdalam akar iman dan karakter.

“Waiting time is not wasted time. God uses waiting to refine, shape, and prepare us for what’s next.”
— Christine Caine

Mungkin kamu belum melihat jawabannya hari ini. Mungkin belum ada terobosan, belum ada perubahan, belum ada kejelasan. Tapi jangan berhenti percaya. Jangan berhenti berharap. Jangan berhenti berbuat baik.

Galatia 6:9 — “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena pada waktu yang tepat kita akan menuai, jika kita tidak menyerah.”

Tuhan sedang mengukir sesuatu yang indah. Dan ketika waktunya tiba, kamu akan mengerti mengapa kamu harus melewati semua ini. Sampai saat itu datang, percaya dan tetap setia — karena Dia yang memulai, akan menyelesaikannya. (Filipi 1:6)

Penutup: Niat Baik Karena Percaya Tuhan Baik

Mengapa kita tetap hidup dengan niat baik, meski hasilnya tidak selalu baik?

  • Karena Tuhan kita baik.
  • Karena Tuhan bekerja tidak hanya untuk menyenangkan kita, tapi untuk menyempurnakan kita.
  • Karena rencana-Nya melampaui pemikiran kita.

“Good intentions don’t always produce good outcomes, but they always align with the character of our good God.”
Ps. Budi Hidajat


Pertanyaan Reflektif untuk Jemaat:

  1. Apakah saya kecewa karena hasil dari niat baik saya?
  2. Apakah saya masih percaya Tuhan itu baik ketika hasilnya belum baik?
  3. Apa bentuk niat baik yang bisa saya lakukan minggu ini, meski tanpa jaminan hasil?

Tinggalkan komentar