CHRISTIAN PARADOX #1: ALIVE THROUGH DEATH

CHRISTIAN PARADOX merujuk kepada ajaran-ajaran dan prinsip-prinsip dalam Kekristenan yang berlawanan dengan logika manusia atau hikmat duniawi. Paradoks-paradoks ini mengungkapkan nilai-nilai dan keyakinan khas dari iman Kristen, yang sering kali bertentangan dengan norma-norma umum dalam masyarakat.

CHRISTIAN PARADOX #1:
UNTUK MENGALAMI KEHIDUPAN KITA HARUS RELA MENGALAMI KEMATIAN

Kristus mati untuk memberikan kita hidup, dan kita harus mati terhadap diri sendiri agar Kristus dapat hidup melalui kita.

Christ died to give us life, and we must die to ourselves for Christ to live through us.

1 Petrus 2:24 (TB) Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran …

(NLT) so that we can be dead to sin and live for what is right.

Christ died to give us life …. Kristus mati untuk memberikan kita hidup

SUBSTITUTIONARY ATONEMENT  

Penebusan Substitusi adalah doktrin dasar Kristen di mana Yesus mati di kayu salib untuk membayar hukuman atas dosa manusia, memberikan orang percaya anugerah kehidupan bahkan  kehidupan kekal.

2Kor.5:21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

(NLT) For God made Christ, who never sinned, to be the offering for our sin, so that we could be made right with God through Christ.

… we must die to ourselves for Christ to live through us.

Kita harus mati terhadap diri sendiri agar Kristus dapat hidup melalui kita.

#1. MATI BAGI DIRI SENDIRI, HIDUP BERSAMA KRISTUS

Gal.2:19-20 Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.

Setiap orang Kristen perlu mengalami “disalibkan bersama Kristus“ yaitu “mati dari diri sendiri” artinya dengan sukarela kita melepaskan takhta atas hidup kita sendiri dan menyerahkannya kepada Kristus untuk Dia mengambil tempat-Nya yang seharusnya sebagai Tuhan dalam hidup kita.

“Di kaki salib, kita mati terhadap hak kita untuk hidup bagi diri sendiri, karena Kristus telah membeli kita dengan harga yang sangat mahal.”

 – Dietrich Bonhoeffer

Banyak orang setiap minggu ke gereja, tetapi tidak pernah mengalami “disalibkan Bersama Kristus” atau “mati terhadap diri sendiri.” Mereka tidak pernah menyerahkan tahta kehidupannya kepada Kristus. Yang bertahta dalam hidupnya adalah mereka sendiri dengan pikiran, keinginan manusia lama. Walaupun setiap minggu datang ke gereja, tapi cara mereka menjalani kehidupan dan menghadapi tantangan kehidupan tidak ada bedanya dengan orang-orang yang bukan Murid Yesus.  Mereka memperlakukan Tuhan seperti dokter, kita kunjungi hanyak kalau sakit; atau seperti satpam yang kita dapat perintahkan menjaga asset-asset kita; tetapi tidak menempatkan Kristus sebagai Tuhan yang berdaulat atas hidup mereka.

Gal.2:19-20 Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.

Mat.16:24 Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. 

(YLT) … let him disown himself, and take up his cross, and follow me… 

Melepaskan kepemilikan atas diri sendiri

Mat.16:24 (MSG) “Anyone who intends to come with me has to let me lead. You’re not in the driver’s seat; I am.”

Siapa pun yang ingin ikut dengan-Ku harus membiarkan Aku memimpin. Bukan kamu yang mngendalikan tetapi Aku.

Mat.16:25 (BIS) Sebab orang yang mau mempertahankan hidupnya, akan kehilangan hidupnya. Tetapi orang yang mengurbankan hidupnya untuk Aku, akan mendapatkannya.

Gal.2:19-20 Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.

Setiap orang Kristen harus dengan sungguh-sungguh dan tulus: “Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.”

#2. MATI BAGI DOSA, HIDUP BAGI ALLAH

“Kematian” ke-dua yang setiap orang Kristen harus alami adalah “mati bagi dosa” Untuk kita dapat menang terhadap dosa, kita harus “mati bagi dosa”

Rom.8:13 Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.

Gal.5:24 (TB) “Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.”

Kol.3:5 (TB) “Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala.”

”Matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi” adalah sebuah perintah sekaligus peringatan untuk mematikan segala sesuatu yang duniawi atau berasal dari perilaku manusia lama.  

Rom.6:1 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? (2) Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?

Rom.6:5 Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. (6) Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. (7) Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. (8) Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia.

Rom.6:11 Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus. 

(ERV) you should see yourselves as being dead to the power of sin and alive for God through Christ Jesus.

Rom.6:12 Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya.  (13) Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran. 

Rom.6:12-14 (MSG) That means you must not give sin a vote in the way you conduct your lives. Don’t give it the time of day. Don’t even run little errands that are connected with that old way of life. Throw yourselves wholeheartedly and full-time—remember, you’ve been raised from the dead!—into God’s way of doing things. Sin can’t tell you how to live. After all, you’re not living under that old tyranny any longer. You’re living in the freedom of God.

Artinya, kamu tidak boleh memberikan kepada dosa pilihan dalam cara kamu menjalani hidup. Jangan memberinya kesempatan sedikit pun. Jangan bahkan melakukan hal-hal kecil yang terhubung dengan cara hidup yang lama. Serahkan dirimu sepenuhnya dan secara penuh waktu — ingat, kamu telah dibangkitkan dari kematian! — ke dalam cara Tuhan melakukan segala sesuatu. Dosa tidak bisa lagi mengatur cara hidupmu. Lagi pula, kamu tidak lagi hidup di bawah tirani yang lama itu. Kamu hidup dalam kebebasan dari Allah.  (Terjemahan dari Rom.6:12-14 MSG)

#3. MATI DARI KEANGKUHAN, HIDUP DALAM KEMURAHAN TUHAN

Keangkuhan hidup pada dasarnya adalah masalah hati, di mana seseorang meninggikan dirinya sendiri, atau mengandalkan kebijaksanaannya, kekuatannya, kekayaannya atau kekuasaannya sendiri dan merasa dapat hidup tanpa campur tangan Tuhan.

The essence of pride is self-sufficiency.

Charles Spurgeon

Esensi dari keangkuhan hidup adalah bahwa manusia dapat hidup independen dari Tuhan.

Dosa Babel: tipuan bahwa manusia dapat hidup tanpa Tuhan.

Kej.11:1 Adapun seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya. (2) Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana. (3) Mereka berkata seorang kepada yang lain: “Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik.” Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan ter gala-gala sebagai tanah liat.

Kej.11:4 Juga kata mereka: “Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi.” 

Babel menggambarkan esensi dari keangkuhan hidup — berpikir bahwa hikmat mereka selalu benar dan bahwa mereka punya kekuatan serta kemampuan cukup untuk mewujudkan apapun yang mereka inginkan dalam hidup. 

Pada dasarnya mereka merasa tidak membutuhkan Tuhan untuk mengatur kehidupan dan masa depan mereka.

Kej.11:5 Lalu turunlah TUHAN untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu, (6) dan Ia berfirman: “Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana.

Kej.11:7 Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing.” (8) Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu. 

Kej.11:9 Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan TUHAN bahasa seluruh bumi dan dari situlah mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi.

(FAYH) Itulah sebabnya kota itu disebut Babel (artinya ‘Kacau-balau’) karena di situlah TUHAN mengacaukan bahasa mereka. Dari tempat itu juga TUHAN menyerakkan mereka ke seluruh permukaan bumi.

Kisah Menara Babel mengungkapkan bahaya dari keangkuhan hidup, sebuah tipuan bahwa kita dapat mengendalikan hidup tanpa melibatkan Tuhan. Keangkuhan hidup selalu berujung pada kekecewaan dan kerusakan. 

Bahkan bukan hanya merasa tidak perlu Tuhan, kadang-kadang ingin mengontrol Tuhan: Kita memutuskan apa yang kita mau, Tuhan hanya perlu memberkati.

Yak.4:6 Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.”

Yak.4:6 (FAYH) Allah memberi kekuatan kepada orang yang rendah hati, tetapi Ia menentang yang sombong dan angkuh.

(NIV) But he gives us more grace. That is why Scripture says: “God opposes the proud but shows FAVOR to the humble.”

Penutup

Yoh.12:24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. 

Tuhan Yesus memberikan teladan sebagai benih yang mati, dan dari kematian-Nya kita semua memperoleh hidup, bahkan hidup yang kekal.

Tuhan Yesus memperbandingkan orang yang tidak mau “mati” dengan orang yang bersedia memberikan dirinya sepenuhnya tunduk kepada pemerintahan Kristus, hidupnya menghasilkan banyak buah.

Yoh.12:24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.

“Ayat ini menyoroti sebuah paradoks penting dalam Kekristenan: untuk memperoleh hidup, seseorang harus rela kehilangannya. 

Yesus mengajarkan bahwa memegang hidup kita erat-erat di tangan kita sendiri, berusaha mengedalikan hidup kita dan masa depan dengan kekuatan pikiran manusia; seseorang merasa dapat hidup tanpa Tuhan; semua itu adalah sebuah kesalahan dan kekalahan.

Kita diperhadapkan pada dua pilihan mau hidup seperti orang-orang lain yang tidak mengenal Tuhan atau mau menyerahkan hidupnya kepada Kristus sehingga kita dapat berkata “aku hidup, tetapi bukan aku lagi, tetapi Kristus hidup dalam ku,” kita dapat berkata “Aku sudah disalibkan Bersama Kristus, aku sudah mati bagi dosa, hidupku adalah bagi Allah,” dan kita dapat berkata “Aku mau jadi benih yang mati, supaya hidupku berbuah .”

Tinggalkan komentar